Industri Asuransi Jiwa Sokong Kinerja Bursa Saham saat Pandemi COVID-19

AAJI mencatat aset investasi industri asuransi jiwa meningkat pada kuartal I 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Jul 2021, 17:29 WIB
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Hingga akhir 2020, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat total aset industri asuransi mengalami pertumbuhan. Total aset industri asuransi tumbuh menjadi Rp 570 triliun dibandingkan Rp 566 triliun pada 2019. Namun demikian, dari sisi aset investasi mengalami tekanan, dari Rp 510 triliun menjadi Rp 504 pada posisi 31 Desember 2020.

Kendati begitu, Ketua AAJI, Budi Tampubolon mengatakan baik aset maupun investasi meningkat pada kuartal pertama 2021. Aset tercatat sebesar Rp 578,86 triliun dibandingkan Rp Rp 426,57 triliun pada kuartal I-2020. Sementara investasi mengalami kenaikan menjadi Rp 511,01 triliun pada kuartal II-2021 dari Rp 447,89 triliun pada kuartal I-2020.

"Pada kuartal I, secara total aset maupun secara aset investasi industri asuransi jiwa mengalami peningkatan. Sehingga sangat menggembirakan bagi industri asuransi jiwa,” kata dia dalam Mid Year Economic Outlook Day #1, Selasa (6/7/2021).

Budi mengatakan saat ini anggota AAJI terdiri dari 60 perusahaan asuransi jiwa. Hampir semuanya merupakan investor jangka panjang di pasar modal dengan jenis investasi paling banyak di reksa dana. Di posisi kedua dengan investasi terbanyak berada di saham, dan selanjutnya di Surat Utang Negara (SBN).

"Dari reksa dana di 2020 kalau dibandingkan dengan 2019 mengalami tekanan. Demikian juga saham. Sementara SBN mengalami kenaikan,” kata Budi.

Rinciannya, reksa dana turun menjadi Rp 146,23 triliun dari Rp 117,98 triliun. Kemudian saham turun menjadi Rp 116,55 triliun dari Rp 159,67 triliun di 2019. Namun, untuk SBN mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp 77,27 triliun dari sebelumnya Rp 71,44 triliun.

"Namun yang menarik, pada kuartal I ini, ketiga jenis aset tersebut sudah meningkat,” kata Budi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Industri Asuransi Pegang dengan Jangka Waktu Lama

Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Budi mengatakan, saat pasar modal mengalami tekanan pada awal pandemi COVID-19, industri asuransi jiwa tetap setia dan secara konsisten berinvestasi di pasar modal Indonesia. Jadi, lanjut Budi, industri asuransi jiwa sedikit banyaknya turut mengambil bagian dalam aktivitas Bursa dan pada dasarnya adalah long investor.

"Kebanyakan perusahaan asuransi jiwa itu tidak aktif trading reksa dananya maupun saham. Jadi sekali pegang, bisanya pegang untuk jangka waktu yang lama,” ujar dia.

"Jadi kalau industri asuransi jiwa panik dan ikut menjual, rasanya penurunan Bursa kita bisa signifikan tetapi 60 perusahaan asuransi jiwa pada umumnya long investor,” Budi menambahkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya