LAPAN: Fenomena Cold Front Picu Penurunan Suhu di Sejumlah Daerah

Apakah di daerah Anda merasakan udara dingin meski sebenarnya meski sudah masuk musim kemarau? Fenomena Cold Front pemicunya.

oleh Arie Nugraha diperbarui 28 Jun 2021, 11:00 WIB
Ilustrasi kedinginan

Liputan6.com, Bandung - Tim Variabilitas Iklim dan Awal Musim (TIVIAM) Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), memperkirakan fenomena cold front menyebabkan udara dingin di beberapa kota di Indonesia.

Peneliti TIVIAM PSTA LAPAN Erma Yulihastin mengatakan, penurunan suhu permukaan rata-rata di beberapa kota di Indonesia ini terjadi selama Juni, saat kemarau basah.

"Kemungkinan berkaitan dengan fenomena front (perbenturan) dua massa udara yang berlainan, yaitu antara udara dingin dan udara hangat. Front udara dingin atau disebut cold front ini menyebabkan udara dingin di permukaan mendorong dan mengangkat udara hangat di atasnya," ujar Erma kepada Liputan6.com, Senin (28/6/2021).

Erma mengatakan, dalam konteks kemarau basah seperti saat ini, pembentukan cold front dapat terbentuk dari pergerakan kuat monsun timuran (dari timur) Australia yang bersifat dingin.

Erma menerangkan front dingin ini selanjutnya berbenturan dengan udara hangat dari barat, karena keberadaan vorteks dan Dipole Mode negatif di Samudera Hindia.

"Cold front ini selanjutnya dapat meluas dan tertahan oleh eksistensi awan-awan dingin tebal yang persisten meliputi daratan," kata Erma.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Penurunan Suhu di Sejumlah Daerah

Sebelumnya Tim TIVIAM PSTA LAPAN mendata temperatur atau suhu udara permukaan di Jakarta mendingin, selama Juni 2021 dibandingkan bulan yang sama tahun 2020.

Penurunan suhunya minimum rata-rata sebesar 0,6 derajat Celcius. Tren pendinginan suhu antara 0,5-1 derajat Celcius juga terjadi di Bandung sejak Januari hingga Juni 2021, jika dibandingkan dengan tahun 2020.

"Kondisi penurunan suhu permukaan di daratan (Jawa Barat dan Tengah) ini, juga diperlihatkan melalui data prediksi suhu permukaan dari Sadewa-LAPAN pada 24 Juni pukul 06.00 WIB pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya," ungkap Erma.

Meskipun demikian, Erma menuturkan suhu harian tersebut memiliki fluktuasi harian yang erat dipengaruhi oleh jumlah pemanasan permukaan yang diterima dari radiasi matahari. Itu merupakan salah satu faktor penyebabnya ditentukan oleh panas laten dari keberadaan awan. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya