Usai Remehkan COVID-19 di Twitter, Penasihat PM Jepang Lengser

Penasihat PM Jepang lengser setelah menampilkan statistik yang meremehkan COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 25 Mei 2021, 16:49 WIB
Orang-orang terpantul pada cermin di dinding di Tokyo, Rabu (31/3/2021). Ibukota Jepang mengonfirmasi lebih dari 410 kasus virus corona baru pada hari Rabu. (AP Photo/Koji Sasahara)

Liputan6.com, Tokyo - Penasihat ekonomi perdana menteri Jepang, Yoichi Takahashi, lengser dari jabatannya setelah meremehkan COVID-19 di Twitter. Takahashi membandingkan status Corona di Jepang dengan negara-negara lain.

Dilansir Kyodo, Selasa (25/4/2021), Takahashi beberapa kali menampilkan grafik rendahnya kasus COVID-19 di Jepang, dan menyebut situasi di Jepang seperti "riak" di laut.

Sebelumnya, ia juga menyebut situasi di Jepang seperti "kentut" jika dibandingkan dengan keparahan di Eropa dan Amerika Serikat. Tweet itu lantas dihapus.

Takahashi, dulunya mantan menteri keuangan, turut menertawakan wacana untuk membatalkan Olimpiade Tokyo 2021 karena kasus di Jepang tampak rendah.

Ucapan-ucapannya lantas memicu kontroversi dan Takahashi akhirnya mundur sebagai penasihat. PM Jepang Yoshihide Suga turut menyayangkan komentar-komentar dari Takahashi.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, kasus di Jepang memang lebih rendah ketimbang negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Indonesia. Akan tetapi, survei terbaru dari Kyodo menunjukan makin banyak warga yang ingin Olimpiade Tokyo 2021 batal.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

2 dari 3 halaman

Jepang Mulai Vaksinasi Massal di Tokyo dan Osaka Akibat Lonjakan Kasus COVID-19

Orang-orang mengenakan masker untuk mencegah virus corona berjalan melintasi penyeberangan pejalan kaki pada awal liburan "Minggu Emas" Jepang di distrik Shibuya, Tokyo, Kamis (29/4/2021). Pemerintah Jepang meminta warga untuk tinggal di rumah selama "minggu emas". (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jepang telah memulai program vaksinasi massal di Tokyo dan Osaka, karena krisis COVID-19 terus memburuk.

Pihak militer telah mendirikan pusat-pusat yang menawarkan ribuan suntikan setiap hari, dengan memprioritaskan para lansia. Sekitar 5% populasi telah divaksinasi penuh.

Melansir BBC, Senin 24 Mei, sistem perawatan kesehatan Jepang yang efisien semakin kewalahan oleh gelombang terbaru, dengan beberapa rumah sakit kehabisan tempat tidur dan ventilator. Ini telah menyebabkan meningkatnya tekanan dari  publik untuk membatalkan Olimpiade Tokyo pada bulan Juli.

Sebagian besar wilayah Jepang saat ini berada dalam keadaan darurat untuk memberi otoritas regional lebih banyak kekuatan untuk menegakkan tindakan dalam melawan pandemi.

Negara ini telah mencatat lebih dari 700.000 infeksi dan 12.000 kematian akibat COVID-19 akibat virus tersebut.

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19:

Infografis Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya