Cara Pemerintah Jabar Antisipasi Kenaikan Harga Pangan Jelang Lebaran

Lonjakan harga pangan di Jawa Baret berpotensi terjadi pada tiga atau dua hari sebelum Lebaran.

oleh Arie Nugraha diperbarui 11 Mei 2021, 12:30 WIB
Aktivitas jual beli beli di pasar kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (28/1/2020). Bank Indonesia memproyeksikan terjadi inflasi di Januari 2020 bersumber dari beberapa komoditas pangan yang mengalami tekanan harga, di antaranya telur ayam akan berkontribusi juga ke inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jawa Barat (Jabar) mengantisipasi lonjakan harga pangan yang menjadi barang kebutuhan pokok menjelang Lebaran. Salah satu caranya dengan melakukan pemantauan harga, pasokan, dan stok intens di 27 kabupaten dan kota.

Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat M. Arifin Soedjayana, terjadinya lonjakan harga pangan berpotensi pada tiga atau dua hari sebelum Lebaran. Alasannya pada saat itu, masyarakat akan berbondong-bondong membeli barang kebutuhan pokok untuk menyambut Lebaran.

"Upaya yang dilakukan adalah memantau harga dengan maksud agar stabilitas harga terjaga, memantau pasokan dan stok barang. Jangan sampai barangnya kurang," ujar Arifin, seperti ditulis Selasa (11/5/2021).

Selain memantau harga pangan, pasokan dan stok barang kata Arifin, pemerintah juga berupaya selalu memantau perkembangan harga di 27 kabupaten dan kota se-Jawa Barat dan melakukan stimulus.

Arifin menyebutkan stimulus yang dilakukan adalah mengecek langsung harga dan pasokan ke pasar-pasar dan toko swalayan.

"Dua atau tiga hari terakhir menjelang Idul Fitri, kami akan mengajak Gubernur Jabar, Satgas Pangan Provinsi Jawa Barat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Barat untuk melakukan pengecekan langsung ke pasar-pasar rakyat. Ini dapat memberikan stimulus yang kuat agar harga mendekati kestabilan," kata Arifin.

Arifin menuturkan, otoritasnya bersama Bank Indonesia (BI) Jawa Barat akan memberikan perhatian khusus untuk memantau harga daging sapi dan daging ayam broiler.

Karena ucap Arifin, harga kedua komoditas tersebut memiliki kecenderungan melonjak menjelang Idul Fitri.

"Jabar untuk produksi ayam broiler surplus. Tapi harga di pasar sering naik. Pedagang suka bilang setahun sekali. Jadi kita akan melakukan edukasi dan sosialisasi kepada pedagang," sebut Arifin.

Arifin menjelaskan di Jawa Barat terdapat program Pasar Juara. Pasar Juara ini tidak hanya dari fisik, tapi juga mental pedagang dan pengelola pasar untuk tidak menaikkan harga jangan terlalu tinggi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Gula Pasir

Pedagang menunggu pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk saat ini ungkap Arifin, fluktuasi harga pangan hanya terjadi pada gula pasir. Harga rata-rata gula pasir hari ini berada di angka Rp 13.700 per kilogram. Sedangkan Harga Eceran Tertinggi (HET) adalah Rp 12.500.

"Karena konsumsi gula pasir menjelang Idul Fitri konsumsinya tinggi yang mengakibatkan harga tinggi yaitu rata-rata sebesar Rp 13.700 per kilogram," terang Arifin.

Arifin menambahkan upaya Pemerintah Jawa Barat untuk stabilisasi harga gula pasir sesuai harga eceran tertinggi (HET), yaitu sebesar Rp 12.500,- dilaksanakan operasi pasar dari distributor penugasan Kementerian Perdagangan RI selama 6 hari.

Tepatnya dari tanggal 4 Mei sampai dengan 9 Mei 2021 di 11 pasar Kota Bandung. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya