Pengamat Sebut Proses Pemulihan Ekonomi Indonesia Dinilai Masih Timpang

Sektor konsumsi yang mengalami kontraksi cukup dalam minus 2,23 persen secara tahunan

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 05 Mei 2021, 19:30 WIB
Gedung bertingkat mendominasi kawasan ibu kota Jakarta pada Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menyoroti laporan Badan Pusat Statistik (BPS), yang merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2021 masih berada di zona resesi dengan tumbuh negatif 0,74 persen secara tahunan (yoy).

Menurut dia, Indonesia pada triwulan pertama tahun ini masih resesi lantaran proses pemulihan ekonomi yang masih timpang di masa pandemi Covid-19 saat ini.

Dia menganalogikannya dalam bentuk K-shaped, dimana pada sisi atas huruf menggambarkan adanya beberapa sektor yang booming di masa krisis, sementara pada sisi huruf K bagian bawah untuk menggambarkan sektor yang justru terkontraksi semakin dalam.

"Itu bukti baik masyarakat dan dunia usaha masih butuh waktu untuk rebound. Model pemulihan ekonomi juga berbentuk huruf K-shaped," kata Bhima kepada Liputan6.com, Rabu (5/5/2021).

Bhima mengambil contoh sektor konsumsi yang mengalami kontraksi cukup dalam minus 2,23 persen secara tahunan. Kemudian sektor transportasi yang tumbuh negatif 13,1 persen, serta akomodasi dan makan minum yang minus 7,26 persen.

Di sisi lain, sektor Infokom secara performa justru tengah melambung dengan pertumbuhan positif mengalahkan yang lain hingga 8,72 persen.

"Terjadi ketimpangan antar sektor," sambung Bhima.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Belanja Pemerintah

Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Sabtu (17/10/2020). International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 menjadi minus 1,5 persen pada Oktober, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya pada Juni sebesar minus 0,3 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Masalah lainnya, ia juga mengutip belanja pemerintah yang belum optimal. Khususnya untuk pemerintah daerah (pemda), yang masih memarkir dana anggaran pemerintah dan belanja daerah (APBD) hingga Rp 182 triliun di bank.

"Kalau pemda belum support maka ekonomi di daerah juga sulit pulih lebih cepat. Senses of crisis dari pemerintah terlalu rendah," ujar Bhima.

Oleh karenanya, dia tak heran jika Indonesia saat ini masih berada di zona resesi dengan pertumbuhan ekonomi negatif 0,74 persen di kuartal I 2021.

"Jadi tidak ada surprise. Sementara negara mitra dagang utama seperti AS, Singapura dan China sudah keluar dari resesi. Ini artinya pemulihan ekonomi Indonesia terbilang lambat," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya