Data Masih Jadi Penghambat Pemerintah Sinkronisasi Penerima Bantuan Sosial

Pengamat menilai, dari berbagai subsidi yang diberikan pemerintah, subsidi tagihan listrik menjadi yang paling efektif.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Apr 2021, 19:21 WIB
Suasana ruang panel listrik di Rusun Benhil, Jakarta, Kamis (5/11/2015). Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, per 1 Januari 2016, harga tarif listrik pelanggan 450 VA akan tetap dan tidak berubah, yakni Rp415 per kWh. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah dinilai masih sulit dalam mewujudkan sinkronisasi data. Penyebabnya karena pendataan yang dilakukan pemerintah dari berbagai lembaga seringnya berbeda-beda. 

"Kita punya data dari Kemeneterian Sosial, Kantor Kepresidenan dan data PLN ini enggak pernah sama," kata Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmi Radhi, Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Pembaharuan data pun tidak pernah dilakukan. Tak heran rencana penarikan subsidi gas LPG 3 kilogram (kg) yang diserahkan langsung pada masyarakat yang membutuhkan tidak pernah terlaksana.

"Di subsidi LPG 3 kilogram ini mau diserahkan ke Departemen Sosial tidak pernah terlaksana," jelas dia.

Dari berbagai subsidi yang diberikan pemerintah, Fahmi menilai subsidi tagihan listrik menjadi yang paling efektif. Sebab pendataan yang dilakukan sesuai dengan pemakaian listrik masyarakat. "Jadi saya kira yang dilakukan PLN ini sudah sangat tepat dan prosesnya cepat," lanjutnya. 

 

2 dari 2 halaman

2 Tujuan

Warga memasukkan pulsa token listrik di Rumah Susun Bendungan Hilir 2, Jakarta, Rabu (20/1/2021). Pemerintah memperpanjang Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Sektor Ketenagalistrikan berupa subsidi listrik hingga Maret 2021, yang dapat diklaim mulai 7 Januari. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dia menjelaskan stimulus yang diberikan pemerintah pada dasarnya memiliki 2 tujuan yakni mengurangi beban masyarakat dan mendorong tingkat konsumsi.

Dalam program subsidi tagihan listrik, dua tujuan tersebut telah dilakukan meski hasilnya belum begitu maksimal. Sebab tingkat konsumsi masyarakat masih rendah. 

Namun demikian, Pemerintah tidak bisa memberikan stimulus dalam jangka panjang. Pada kondisi tertentu masyarakat juga harus membantu dengan mengurangi beban pengeluaran pemerintah.  "Stimulus ini tidak bisa dilakukan selamanya," kata dia. 

 Pada saatnya, stimulus ini harus dikurangi secara bertahap. Pengurangan stimulus tersebut juga harus dikomunikasikan kepada masyarakat agar tidak muncul permasalahan baru.
 
Reporter: Anisyah Alfaqir
 
Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya