Taman Budaya Buttu Ciping, Penjaga Tradisi Mandar di Era 4.0

Taman Budaya Buttu Ciping yang dibangun diatas lahan seluas 8 hektare itu bisa dimanfaatkan saat hari jadi Provinsi Sulawesi Barat

oleh Abdul Rajab Umar diperbarui 11 Jan 2021, 06:00 WIB
Bangunan panggung utama di Tama Budaya Buttu Ciping (Foo: Liputan6.com/Abdul Rajab Umar)

Liputan6.com, Polman - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menargetkan pembangunan Taman Budaya Buttu Ciping di Desa Beru-beru, Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar dapat selesai pada tahun 2021 ini. Lebih tepatnya, sebelum pelaksanaan hari jadi Sulawesi Barat ke-16 pada 22 September 2021 mendatang.

Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar mengharapkan, taman budaya yang dibangun di atas lahan seluas 8 hektare itu bisa dimanfaatkan saat hari jadi provinsi ke-33 itu.

Bangunan yang akan menjadi ikon Sulawesi Barat itu menelan anggaran sebesar Rp4,8 milliar pada dua tahun penganggaran, yakni 2020 sebesar Rp1,9 milliar dan Rp2,9 milliar di tahun 2021.

"Jadi hari jadi Sulbar kita bisa usulkan paripurna di sini (Taman Budaya Buttu Ciping),” tutur Ali Baal saat mengecek langsung progres pengerjaan taman budaya itu, Sabtu (09/01/2021).

Beberapa item yang dibangun dalam area taman budaya itu, yakni salassaq, rumah pengawal Pitu Ulunna Salu dan Pitu Babana Binanga, rumah rakyat, pusat ekonomi rakyat, sapo sobvaq, amphi teatre, museum, perpusatakaan, palili, wisma, pengelola, taman buah, masjid, taman, area parkir kendaraan, area parkir tradisional lokal, toilet umum, wisata air, pos keamanan, rumah genset dan ipal induk.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Melestarikan Budaya Mandar

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat, Prof. Gufron Darma Dirawan mengatakan, dasar didirikannya taman budaya itu berangkat dari upaya pelestarian budaya Mandar yang saat ini hampir tenggelam oleh peradaban modern. Itu disebabkan kurangnya referensi bagi generasi sekarang untuk mengetahui dan mempelajari budaya Mandar.

"Sekarang ini, hampir semua generasi muda kita (Sulbar) ini kehilangan identitas Kemandarannya. Apa yang ingin kami lakukan adalah mengembalikan nilai-nilai budaya, yang mana sifat-sifat Mandar itu," kata Gufron

Gufron menjelaskan, sifat-sifat Mandar yang ia maksud, yakni kerja keras, kejujuran, etos kerja yang kuat, motivasi tinggi dan selalu berjuang. Hal itu yang Ia nilai mulai lenyap dalam diri generasi muda tanah Mandar, sehingga pembangunan taman budaya sebagai upaya dalam proses pengembalian sifat-sifat Mandar.

"Di sinilah nanti, anak-anak akan belajar bagaimana kebudayaan Mandar itu sebenarnya, bagaimana orang Mandar itu bisa terbang dengan perahunya sampai ke Okinawa, Pulau Es di Taiwan, kemudian sampai ke Maroko, di sinilah nanti akan diajarkan semua itu," jelas Gufron.

Gufron juga menambahkan, selain sebagai pusat budaya di masa lampau, Taman Budaya Buttu Ciping juga akan menjadi pusat budaya di masa yang akan datang. Karena, di taman budaya itu akan banyak sekali digitalisasi sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

"Bagaimana kita menggambarkan proses digitalisasi dan anak-anak akan dijarkan bagaimana mereka akan beradaptasi dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Disini bukan hanya menjadi pusat budaya, tapi juga pusat pendidikan," ujar Gufron.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya