Wall Street Cetak Rekor Tertinggi karena Optimisme Stimulus Fiskal

Dow Jones membukukan level penutupan tertinggi yang pernah ada dalam sejarah Wall Street.

oleh Athika Rahma diperbarui 18 Des 2020, 06:32 WIB
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street ditutup menguat dan mencetak rekor tertinggi pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Pendorong utama sentimen bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut adalah harapan akan keputusan stimulus fiskal bisa disetujui sebelum akhir 2020.

Mengutip CNBC, Jumat (18/12/2020), S&P 500 naik 0,6 persen dan berakhir di 3.722,48. Untuk Nasdaq Composite naik 0,8 persen menjadi 12.764,75. Sedangkan Dow Jones Industrial Average naik 148,83 poin atau 0,5 persen menjadi 30.303,37.

Baik S&P 500 dan Nasdaq mencapai rekor tertinggi dalam intraday maupun penutupan. Sedangkan Dow Jones membukukan level penutupan tertinggi yang pernah ada.

Sektor properti, material, dan perawatan kesehatan adalah sektor dengan kinerja terbaik di S&P 500, dengan masing-masing naik lebih dari 1 persen. Johnson & Johnson naik 2,6 persen dan memimpin Dow menembus rekor tertinggi.

“Stimulus masih menjadi pendorong utama di pasar saham saat ini sampai mereka menyelesaikan sesuatu, dan tampaknya ada motivasi untuk menyelesaikan sesuatu itu,” kata analis KKM Financial, Dan Deming.

"Antusiasme dari pelaku pasar membawa keuntungan bagi Wall Street," tambah dia.

Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell R-Ky mengatakan bahwa kesepakatan bantuan atau stimulus untuk penanganan pandemi COvid-19 sudah dekat.

Pembicaraan ini seiring dengan peningkatan yang cukup cepat penyebaran virus Corona di AS. Negara tersebut mencatat setidaknya ada tambahan 215.729 kasus Covid-19 setiap hari. Pada hari Rabu saja, lebih dari 247.000 infeksi baru telah dikonfirmasi.

Bertambahnya kasus Covid-19 ini telah membuat beberapa negara bagian memberlakukan kembali langkah-langkah jarak sosial yang lebih ketat yang memperlambat sebagian ekonomi, terutama pasar tenaga kerja.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks saham S&P 500 sedikit menguat pada hari Rabu di tengah janji terbaru Federal Reserve untuk mendukung ekonomi dan kemajuan nyata dalam negosiasi stimulus fiskal AS.

Dikutip dari CNBC, Kamis (17/12/2020), indeks pasar yang lebih luas ditutup 0,2 persen lebih tinggi pada 3.701,17, tepat di bawah rekor penutupan tertinggi.

Nasdaq Composite naik 0,5 persen untuk mengakhiri hari di 12.658,19, membukukan intraday dan menutup tertinggi sepanjang masa. Ini karena saham Apple dan Microsoft masing-masing naik lebih dari 2 persen. Dow Jones Industrial Average tertinggal, turun 44,77 poin, atau 0,15 persen, menjadi 30.154,54.

Bank sentral AS mengatakan akan membeli setidaknya USD 120 miliar obligasi setiap bulan. The Fed menolak untuk membuat perubahan apa pun pada durasi program pembelian obligasi, tetapi Ketua Jerome Powell mengatakan bank sentral akan meningkatkan pembelian asetnya jika pemulihan ekonomi melambat.

“FOMC tampaknya sangat berkomitmen pada rencana aksinya saat ini, dan tidak ada tanda bahwa pemulihan ekonomi yang lebih kuat dari yang diharapkan atau janji peluncuran vaksin yang efektif telah melakukan apa pun untuk menggoda mereka untuk 'mengurangi' antusiasme mereka,” kata Michael Shaoul, ketua dan CEO Marketfield Asset Management, dalam sebuah catatan.

Powell menambahkan dia tidak berpikir harga saham sangat tinggi mengingat betapa rendahnya tingkat suku bunga.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya