Studi: 1 dari 5 Anak Depresi Jalani Karantina COVID-19 di Rumah

Peningkatan kecemasan terjadi pada anak selama masa karantina COVID-19

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Okt 2020, 13:00 WIB
Ilustrasi anak menghadapi Corona | dok. pexels.com/@august-de-richelieu

Liputan6.com, Jakarta Sebuah peneltian di Cina mengungkap fakta kurang menyenangkan terkait di rumah saja selama pandemi COVID-19. 1 dari 5 anak di sana menunjukkan tanda-tanda depresi selama karantina di masa pandemi COVID-19.

Hal ini dipublikasi di JAMA Pediatrics. Selain peningkatan depresi, kecemasan juga meningkat pada anak-anak selama masa karantina.

Memahami apa yang terjadi pada anak-anak di Cina (yang menjalani karantina lebih awal daripada anak-anak di negara lain) dapat membantu orangtua menjadi lebih proaktif dalam mencegah masalah kesehatan mental anak saat karantina seperti dikutip Verywell.

Para peneliti mensurvei 1.784 anak-anak di provinsi Hubei, Cina untuk menilai kesehatan mental mereka setelah penutupan sekolah yang disebabkan oleh pandemi. Para siswa, yang rata-rata duduk di kelas 2 hingga kelas 6, diberikan pertanyaan terkait ketakutan mereka tertular COVID-19, serta gejala apa pun yang terkait dengan depresi dan kecemasan.

 

Saksikan juga video menarik berikut:

2 dari 2 halaman

Efek jangka panjang, apa saja?

Penelitian yang dipublikasikan pada April 2020 tersebut menemukan bahwa 23 persen anak melaporkan gejala depresi. Lalu, ada 19 persen siswa melaporkan gejala kecemasan.

Masih terlalu dini untuk mengetahui efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan karantina terhadap kesehatan mental anak-anak.

 Hubungan keluarga yang hangat dan saling mendukung bisa mencegah masalah psikologis pada anak selama karantina.

Buat aktivitas menyenangkan selama di rumah, gambar emosi dan juga tetap melakukan kontak sosial, baik melalui telepon atau video call. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain. 

 

Penulis: Mutia Nugraheni/Dream.co.id

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya