Kisah Muja, Buaya Tertua di Dunia yang Berhasil Selamat dari Bom Perang Dunia II

Berikut adalah kisah Muja, seekor buaya tertua di dunia yang selamat dari rangkaian pengeboman perang dunia II hingga hidup selama 83 tahun lamanya di kebun binatang Belgrade, Serbia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 14 Agu 2020, 20:10 WIB
Ilustrasi buaya (Wikipedia)

Liputan6.com, Belgrade- Buaya tertua di dunia, bernama Muja, kini sudah berusia 85 tahun. 

Muja telah berhasil melalui beberapa rangkaian pengeboman di beberapa negara. Sejak keselamatannya, buaya tersebut sambil tidak pernah meninggalkan kolam kecil di kebun binatang Belgrade, Ibu Kota Serbia, selama 83 tahun lamanya.

Meskipun para penjaga kebun binatang tidak mengetahui persis kapan Muja menetas, reptil itu diketahui tiba di Belgrade pekan ini pada Agustus 1937 dari kebun binatang Jerman, seperti dikutip dari AFP, Jumat (14/8/2020).

Jozej Edvedj, yang merupakan dokter hewan kebun binatang tersebut, mengatakan kepada AFP, "Dia merupakan buaya jantan yang lebih tua dan kami menghormati usianya."

Pernyataan Dr. Jozej Edvedj itu pun ia sampaikan sambil membantu petugas membantu memberikan tikus-tikus mati ke rahang reptil yang sudah bergerak lambat itu.

Buaya tertua sebelumnya, yaitu Saturnus, lahir pada tahun 1936. Tetapi setelah mati pada Mei 2020 di kebun binatang Moskow, Rusia, membuat Muja secara resmi menjadi buaya tertua di dunia.

Muja berusia dua tahun saat tiba di Belgrade, yang saat itu dibukanya kebun binatang di kota tersebut baru berjalan satu tahun, menurut laporan berita dari 1937.

Namun, Muja tampak lebih tua dalam foto-foto di laporan itu, yang membuat penjaga kebun binatang meyakini bahwa sebenarnya buaya itu kini telah berusia lebih dari 90 tahun.

Meskipun Muja tidak banyak keluar dari kolamnya yang berukuran 12x7 meter, buaya tersebut berhasil selamat dari pengeboman selama Perang Dunia II yang menewaskan banyak hewan di kebun binatang, bersama dengan enam penjaganya.

Buaya tersebut tiba di Belgrade ketika masih menjadi Ibu Kota Yugoslavia. Muja hidup di era perpecahan negara itu, dan berhasil selamat dari pengeboman lainnya, yang dilakukan oleh NATO pada tahun 1999.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Masih Dalam Kesehatan yang Baik

Seekor buaya jenis buaya muara (Crocodylus Porosus) yang tengah menampakkan diri di muara Teluk Palu. Buaya jenis yang sama juga ditemukan di Kecamatan Sojol, Donggala. (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Saat ini, Muja dilaporkan masih dalam kondisi "kesehatan yang baik untuk usianya," dan satu-satunya persoalan kesehatannya adalah saat cakar kanannya harus diamputasi karena gangren pada 2012.

Dr. Jozej Edvedj mengatakan, "Operasinya sangat sulit, tapi berhasil. Muja sembuh dan menyesuaikan dengan gaya hidup baru".

Muja tidak dapat lagi banyak bergerak karena usianya yang sudah lanjut, tetapi buaya tersebut mampu menjadi lincah saat waktu makan yang hanya datang sekali atau dua kali dalam sebulan.

Makanannya terdiri dari tikus berkulit, kelinci, burung, daging kuda dan daging sapi, menurut keterangan Dr. Jozej Edvedj kepada AFP.

“Kami menyebutnya 'buffet'," kata Dr. Jozej Edvedj, seraya menambahkan bahwa buaya tersebut juga mendapat suplemen mineral dan vitamin.

Sebagai hewan berdarah dingin, Muja mempunyai keuntungan yaitu metabolismenya yang lambat sehingga menghambat kerusakan sel dan dengan demikian memperpanjang hidupnya, menurut Dr. Jozej Edvedj.

"Saya benar-benar berharap kami bisa merayakan ulang tahunnya yang ke-100, karena saya yakin dia bisa hidup nyaman selama 15-20 tahun lagi", ungkap dokter hewan tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya