Bursa Asia Dibuka Menghijau, Investor Terus Pantau Perkembangan Virus Corona

Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang yang merupakan indeks acuan bursa Asia diperdagangkan 0,33 persen lebih tinggi.

oleh Tira Santia diperbarui 28 Jul 2020, 09:00 WIB
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia atau indeks saham di kawasan Asia Paisifik bergerak menguat pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Investor terus memantau perkembangan virus Corona baik penambahan jumlah positif maupun pembuatan antivirus.

Mengutip CNBC, Selasa (28/7/2020), indeks saham di Korea Selatan yaitu Kospi memimpin kenaikan di pasar utama kawasan Asia dengan naik 1,11 persen. Saham industri kelas berat yaitu Samsung Electronics naik lebih dari 2 persen.

Di Jepang, saham diperdagangan bervariasi. Indeks Nikkei 225 naik sedikit sementara indeks Topix turun 0,11 persen.

Sedangkan di Australia, indeks S&P/ASX 200 menguat 0,71 persen.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang yang merupakan indeks acuan bursa Asia diperdagangkan 0,33 persen lebih tinggi.

Situasi seputar pandemi Corona kemungkinan terus membebani sentimen investor. Di AS, pemimpin mayoritas Senat AS dari Partai Republik uaitu Mitch McConnell mengumumkan rencana stimulus pandemi Corona yang akan mencakup bantuan untuk orang penganguran.

Beberapa perusahaan farmasi juga mengumumkan beberapa hasil percobaan dari pembuatan antivirus dan obat Corona. Perusahaan-perusahaan tersebut terus berlomba menjadi yang pertama dalam menemukan antivirus.

Pada Senin kemarin, produsen obat dari AS, Pfizer dan perusahaan biotek Jerman BioNTech mengatakan bahwa mereka memulai uji coba tahap akhir pada manusia untuk vaksin Corona.

Tentu saja, perlombaan dari perusahaan-perusahaan ini memberikan sentimen positif bagi bursa Asia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Penutupan Wall Street

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street menguat pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penguatan ini seiring kenaikan yang dibukukan oleh saham-saham teknologi seperti Amazon dan Apple.

Saat ini, investor juga tengah bersiap-siap menghadapi minggu yang cukup sibuk karena beberapa perusahaan akan mengeluarkan laporan keuangan mereka.

Mengutip CNBC, Selasa (28/7/2020), indeks acuan utama di Wall Street yaitu Dow Jones Industrial Average naik 114,88 poin atau 0,4 persen menjadi 26.584,77. Untuk indeks S&P 500 ditutup 0,7 persen lebih tinggi ke level 3.239,41. Sedangkan Nasdaq Composite naik 1,7 persen menjadi 10.536,27.

Saham Apple naik 2,3 persen dan saham Amazon naik 1,5 persen. Kenaikan kedua saham teknologi ini terjadi setelah beberapa analis mendongkrak target harga mereka. Saham terkait teknologi lainnya, termasuk Facebook, Netflix dan Alphabet, juga diperdagangkan lebih tinggi.

Sentimen pasar juga mendorong kenaikan Wall Street setelah pemerintah AS mengalokasikan tambahan USD 472 juta untuk penelitian vaksin Corona. Alokasi dana tersebut diberikan kepada perusahaan Moderna. Sontak, saham perusahaan kesehatan tersebut melonjak 9,2 persen.

Kenaikan Wall Street juga terjadi karena lonjakan harga emas ke rekor tertinggi baru. Harga emas berjangka mencapai tertinggi intraday di USD 1.941,90 per ounce dan menetap 1,8 persen lebih tinggi pada USD 1.931,50 per ounce.

Kenaikan yang terjadi pada harga emas ini menempatkan logam mulia tersebut naik lebih dari 26 persen sepanjang tahun ini. Ini merupakan kecepatan kenaikan satu tahun terbesar sejak 2010.

"Emas mungkin memberi kita peringatan, tetapi pasar terus meroket lebih tinggi," kata JJ Kinahan, kepala strategi pasar di TD Ameritrade.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya