Harga Emas Meroket, Saatnya untuk Jual?

Harga emas Antam kembali mencetak rekor termahalnya pada tahun ini dengan naik Rp 8.000 menjadi Rp 997 ribu per gram.

oleh Athika Rahma diperbarui 27 Jul 2020, 15:00 WIB
Penampakan emas batangan di gerai Butik Emas Antam di Jakarta, Jumat (5/10). Pada perdagangan Kamis 4 Oktober 2018, harga emas Antam berada di posisi Rp 665 ribu per gram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas Antam atau PT Aneka Tambang Tbk kembali mencetak rekor termahalnya pada tahun ini dengan naik Rp 8.000 menjadi Rp 997 ribu per gram. Ini artinya, jika naik Rp 3.000 saja, emas Antam bisa tembus sampai Rp 1 juta per gram.

Menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim, harga emas yang meroket ini disebabkan oleh kondisi ekonomi Amerika Serikat yang kian terpuruk akibat Covid-19. Belum lagi, ketegangan antara negara Paman Sam tersebut dengan China semakin memanas.

"Kondisi ini membuat investor ramai-ramai beralih ke safe heaven aset, seperti emas," Ibrahim saat dihubungi Liputan6.com, Senin (27/7/2020).

Dalam kondisi seperti ini, harga emas bisa melampaui level USD 1.950 bahkan USD 2.000. Jika seperti itu, apakah saat ini waktu yang tepat untuk segera menjual emas?

"Untuk jual, ini kita tunggu dulu sebentar lagi, saat mendekati atau di atas level USD 1.950, nah, di situ saat yang tepat untuk menjual dimana bersamaan dengan bank sentral AS menggelontorkan stimulus dan menurunkan suku bunga negatif," ujarnya.

Dirinya memperkirakan, minggu depan akan menjadi waktu tepat untuk menjual emas karena bertepatan dengan pengumuman dari pemerintah AS soal pengguyuran stimulus dan penurunan suku bunga negatif.

"Meskipun bank sentral AS pernah bilang kalau tidak akan menurunkan suku bunga negatif, tapi melihat ekonomi negaranya, pasti akan berpengaruh. Di AS tingkat kasus positifnya sudah 4 juta," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Kebijakan Stimulus AS

Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Adapun, pemerintah Amerika Serikat sedang menggodok regulasi penyaluran stimulus penanganan pandemi Covid-19 sebesar USD 1 trillun. Hal ini dinilai sebagai 'setruman' yang bisa melonjakkan harga emas.

Sebaliknya, para investor jangan gegabah untuk membeli emas di saat seperti ini. Tunggulah hingga tren kenaikan harga emas sampai di puncaknya. Pada periode setelah itu, harga emas akan berangsur normal.

"Saat ini jangan beli dlu, investor wait and see dulu. Sampai kapan? Kita tunggu saat level rendah ke sekitar USD 1.800, nah, ini kemungkinan bakal balik lagi, kalau sudah baru beli lagi," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Harga Emas Bakal Tembus USD 2.000 per Ounce Jika AS-China Makin Memanas

Aksi jual terjadi dan kekhawatiran terhadap situasi ekonomi China membuat harga emas turun 0,5 persen menjadi US$ 1.153,60 per ounce.

Para analis menyebutkan sulit untuk menghentikan lonjakan harga emas mendekati USD 2000 per ounce.

Hal ini disebabkan ketegangan yang berlanjut antara AS dan China, dolar AS yang melemah, penurunan imbal hasil, stimulus fiskal tambahan, serta masih naiknya kasus COVID-19. Semuanya merupakan pendorong signifikan di balik melonjaknya harga emas pekan lalu.

Dikutip dari Kitco News, Senin (27/7/2020), pada Jumat pekan lalu, harga emas berjangka COMEX diperdagangkan pada USD 1.899, naik 0,52 persen. Hanya dalam lima hari perdagangan, harga emas naik lebih dari USD 80 dan mengalami kenaikan selama tujuh pekan berturut-turut.

"Saya tidak melihat solusi cepat untuk ketegangan antara AS dan China, saya tidak melihat solusi cepat untuk masalah pandemi, dan saya tidak melihat solusi cepat untuk kekhawatiran global yang berasal dari peningkatan stimulus dan peningkatan utang, " ujar Direktur pelaksana RBC Wealth Management, George Gero.

Tensi geopolitik AS-Cina berakibat pada melemahnya Dolar AS. Adapun Dolar tercatat melemah 0,3 persen, setelah mencapai posisi rendah hampir dua tahun sebelumnya. Ini membuat harga emas lebih murah untuk pemegang mata uang lainnya. 

4 dari 4 halaman

Prediksi Analis

Petugas menunjukkan sampel logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, (23/7/2020). Usai cetak rekor ke posisi termahalnya di Rp 982 ribu, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Emas Antam) kembali turun Rp 5.000 menjadi Rp 977 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut analis, jika pekan ini emas menembus USD 1.920, maka tendensinya bisa mencapai angka yang lebih bulat, seperti USD 2000 per ounce.

"Kami semakin mendekati USD 1.920, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa dari 2011. Jika kami mendobraknya, kami seharusnya melihat lebih banyak pembelian daripada pengambilan keuntungan. Kecuali jika ada pembalikan lengkap dan semuanya kembali normal, kami terus menuju emas USD 2.000," kata wakil presiden senior di pedagang logam mulia MKS SA., Afshin Nabavi.

Senada dengan Nabavi, kepala strategi pasar SIA Wealth Management, Colin Cieszynski menyatakan setuju, bahwa “Kami semakin dekat dengan level tertinggi sepanjang masa. Jika emas menembus USD 1.920, level USD 2.000 akan berada dalam jarak yang sangat dekat. Secara keseluruhan, trennya tetap positif," katanya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya