Bank Dunia: Jika PSBB Dijalankan Kembali, Ekonomi Indonesia Minus 2 Persen

Tanpa adanya dukungan masif dari pemerintah, apabila asumsi ekonomi Indonesia tekontraksi hingga minus, maka kemiskinan akan meningkat sangat signifian.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jul 2020, 13:29 WIB
Suasana pembangunan jalur LRT di kawasan Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Wabah Covid-19 memengaruhi kondisi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 yang diproyeksikan -0,4 sampai dengan 1,0 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - World Bank atau Bank Dunia memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2 persen pada 2020. Angka ini jauh lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi pemerintah yang ada di kisaran minus 0,4 hingga 1 persen.

Kepala Ekonom World Bank untuk Indonesia, Frederico Gil Sander mengatakan, proyeksi ekonomi Indonesia sangat bergantung dari kebijakan yang dijalankan pemerintah. Jika pemerintah mengambil relaksasi dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB), maka angka minus 2 persen bisa didapat.

"Jadi apabila kita gunakan asumsi di mana kontraksi ekonomi akan jadi lebih ketat dan pembatasan pergerakan akan kembali lagi, maka pertumbuhan ekonomi (Indonesia) bisa capai minus 2 persen pada 2020," jelas Frederico dalam Indonesia Economic Prospect Report, secara virtual, Kamis (16/7/2020).

Dia melanjutkan, tanpa adanya dukungan masif dari pemerintah, apabila asumsi ekonomi Indonesia tekontraksi hingga minus, maka kemiskinan akan meningkat sangat signifikan. Terutama jika tidak ada bantuan sosial.

"Jadi tanpa ada dukungan pemerintah, akan ada jutaan orang jatuh ke kemiskinan. Oleh karena itu penargetan sangat penting, terutama mereka yang terdampak hilangnya pendpatan dan harus atasi masalah guncangan pandemi," kata dia.

Agar hal tersebut tidak terjadi, dia mendorong agar bantuan ditargetkan lebih tepat sasaran. Sehingga dapat terus melanjutkan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia meskipun adanya guncangan ekonomi terjadi akibat Covid-18.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Jokowi Sebut Kuartal III Jadi Momentum Pulihkan Pertumbuhan Ekonomi

Refleksi pembangunan gedung bertingkat di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (8/7/2020). Wabah Covid-19 memengaruhi kondisi kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 yang diproyeksikan -0,4 sampai dengan 1,0 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah}

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan pertumbuhan ekonomi kuartal ke-II 2020 bisa minus 4,3 persen. Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut pun imbau mulai dari kementerian hingga pemerintah daerah harus lakukan perubahan terutama untuk kuartal ke-III.

"Di semester kedua, terutama di kuartal ketiga, kita harus berani berbuat sesuatu untuk ini diungkit ke atas lagi. Momentumnya adalah di bulan Juli, Agustus, dan September, kuartal ketiga. Momentumnya ada di situ," kata Jokowi saat memberikan arahan pada Gubernur di Istana Bogor, Jawa Barat, seperti ditulis Kamis (16/7/2020).

Sebab itu, di kuartal III bisa alami berubahan. Mantan Wali Kota Solo tersebut pun menjelaskan jika melakukan perubahan, maka pertumbuhan ekonomi di kuartal IV tidak ada harapan.

"Kalau kita enggak bisa mengungkit di kuartal ketiga, jangan berharap kuartal keempat akan bisa, sudah. Harapan kita hanya ada di kuartal ketiga, Juli, Agustus, dan September," kata Jokowi.

Sebab itu cara yang dilakukan adalah menggunakan belanja pemerintah. Dia meminta agar para kepala daerah tidak menunda anggaran.

"Kalau ekonomi di provinsi Bapak-Ibu semuanya ingin cepat pulih, belanjanya semuanya harus dipercepat. Kuncinya hanya di situ. Enggak bisa lagi kita mengharapkan sekali lagi, investasi, swasta, enggak," ungkap Jokowi.

Dia menjelaskan pada saat normal kredit perbankan bisa mencapai 13 persen namun kita tidak bisa diharapkan lagi. Sebab itu Jokowi tegaskan agar gunakan belanja pemerintah.

"Oleh sebab itu, saya berharap, belanja-belanja yang ada ini, harus dipercepat. Karena itu akan menaikkan konsumsi domestik kita, konsumsi rumah tangga kita yang di kuartal kedua ini turun, anjlok," ungkap Jokowi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya