Kasus Virus Corona COVID-19 Nyaris Tembus 1 Juta, India Lockdown Lagi

India dilaporkan kembali memberlakukan lockdown untuk beberapa negara bagiannya ketika kasus Corona COVID-19 disana hampir menembus 1 Juta.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Jul 2020, 11:34 WIB
Pekerja otoritas sipil menyemprot disinfektan di pintu utama kediaman bintang Bollywood Amitabh Bachchan saat ia dinyatakan positif COVID-19 di Mumbai (12/7/2020). (AP Photo/Rafiq Maqbool)

Liputan6.com, New Delhi - India kembali memberlakukan lockdown untuk beberapa negara bagiannya ketika kasus Corona COVID-19 hampir menembus 1 Juta. Kebijakan tersebut kembali diberlakukan pemerintah sebagai upaya melindungi petugas kesehatan agar tidak kewalahan.

India melaporkan hampir 30.000 kasus baru Virus Corona COVID-19 dan 582 kematian pada 15 Juli, sehingga menambahkan totalnya menjadi lebih dari 936.000 kasus dan lebih dari 24.000 pasien yang meninggal.

Tetapi para ahli mengatakan, jumlah aktual dari kasus kemungkinan akan jauh lebih tinggi karena pengujian yang terbatas dan buruknya pengawasan.

Kebijakan lockdown selama dua pekan yang dimulai pada 16 Juli hari ini diberlakukan di Negara Bagian Bihar, yang memiliki populasi sebanyak 128 juta orang dan sistem kesehatan yang rapuh.

Bihar telah mencatat lebih dari 1.000 kasus Virus Corona dalam sehari sejak 11 Juli, meskipun pengujiannya terbatas.

Sementara hampir sekitar 2,5 juta pekerja migran yang terdampar selama lockdown nasional pertama, dilaporkan telah kembali ke Bihar, setelah kehilangan pekerjaan mereka di kota-kota besar.

Selain itu, di Bangalore, yang merupakan lokasi dari pusat teknologi utama di wilayah selatan India selatan, seperti Amazon dan Apple, juga akan memberlakukan lockdown selama sepekan yang dimulai pada 14 Juli.

Menurut para ahli, pemulihan awal yang diterima sektor ekonomi India pada Juni 2020 setelah dilonggarkannya lockdown nasional sedang dihentikan lagi, dengan diberlakukannya kembali lockdown di area berisiko tinggi. 

Sedangkan menurut Pusat Pemantauan Ekonomi India,  indikator ekonomi seperti tingkat partisipasi tenaga kerja dan konsumsi listrik turun bulan ini dibandingkan dengan Juni, demikian seperti dikutip dari Associated Press, Kamis (16/7/2020). 

 

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tanggapan Para Ahli

Personel Pasukan Polisi Cadangan Sentral (CRPF) memproduksi masker di sebuah workshop polisi selama penerapan lockdown di New Delhi, Minggu (12/4/2020). Meningkatnya kasus corona COVID-19 membuat pemerintah India gencar memproduksi APD dan masker untuk kebutuhan tim medis. (SAJJAD HUSSAIN/AFP)

Pada pekan lalu, Menteri India untuk bisnis kecil dan menengah, Nitin Gadkari mengatakan bahwa para ahli memperkirakan kerugian sebesar $133,3 miliar untuk tahun depan.

Saat ini, pihak berwenang di India semakin berusaha untuk memfokuskan bagaimana dengan adanya lockdown mereka tetap bisa melindungi ekonomi dari kerugian lebih lanjut, dan hampir belasan negara bagian beralih ke tindakan pencegahan lokal di daerah-daerah di mana banyak kasus telah terdeteksi.

Jayaprakash Muliyil, seorang ahli epidemiologi di Christian Medical College di India, memperingatkan bahwa angka kematian aktual negara akibat Virus Corona bisa jauh lebih tinggi karena tidak adanya mekanisme yang kuat untuk melaporkan kematian di daerah pedesaan.

"Kami tidak memiliki infrastruktur," ungkapnya.

Sementara menurut direktur dari Global Health Institute Harvard, Dr. Ashish Jha, dengan percepatan kasus baru, strategi India harus fokus dalam menjaga jumlah kasus serendah mungkin dan menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa warganya.

Dr. Ashish Jha mengatakan, "Anda harus melanjutkan pengujian dan isolasi ... pastikan hanya sedikit atau tidak ada pertemuan di dalam ruangan."

Tak sampai disitu, Dr. Ashish Jha juga memperingatkan bahwa India harus memastikan negaranya terus memiliki persediaan dan tempat tidur yang cukup untuk pasien-pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit dalam beberapa hari mendatang.

Namun ia juga memperingatkan, "Anda tidak bisa menyiapkan terlalu berlebihan."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya