Peringati 70 Tahun Perang Korea, Korea Selatan dan AS Serukan Perdamaian

Pada 25 Juni 1950 silam, Komunis Korea Utara menginvasi Korea Selatan yang didukung AS, memicu perang selama tiga tahun yang menewaskan jutaan orang.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Jun 2020, 17:31 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (dua kanan) dan sang istri Kim Jung-sook (kanan) foto bersama Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (dua kiri) dan sang istri Ri Sol Ju (kiri) di Gunung Paektu, Korea Utara, Kamis (20/9). (Pyongyang Press Corps Pool via AP)

Liputan6.com, Seoul- Korea Selatan dan AS pada Kamis (25/6/2020) mengafirmasi kembali komitmen mereka dalam mempertahankan "perdamaian yang diperjuangkan" di Semenanjung Korea, dan memperingati 70 tahun Perang Korea.

Pada 25 Juni 1950 silam, Komunis Korea Utara menginvasi Korea Selatan yang didukung AS, memicu perang tiga tahun yang menewaskan jutaan orang.

Pertempuran antar kedua Korea berakhir dengan gencatan senjata, namun hingga sekarang belum adanya perjanjian damai, sehingga Semenanjung Korea dibagi dalam zona demiliterisasi, dan Korea Selatan-Korea Utara secara teknis masih dalam kondisi perang.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper dan mitranya dari Korea Selatan, Jeong Kyeong-doo menyampaikan dalam sebuah pernyataan bersama, "Pada hari ini pada tahun 1950, aliansi militer AS-Republik Korea lahir dan bertempur habis habisan."

Pernyataan itu juga menuturkan bahwa Militer AS dan Korea Selatan melakukan "pengorbanan, keberanian, dan mewarisi kepada orang-orang yang mereka tinggalkan untuk membela negara yang bebas, demokratis, dan makmur."

Jumlah korban jiwa Korea Utara akibat konflik militer itu mencapai 520.000, 137.000 tentara Korea Selatan, dan 37.000 dari AS, menurut Kementerian Pertahanan Seoul. 

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan Seoul dengan Washington sempat tegang, dengan tuntutan administrasi Donald Trump soal Korea Selatan yang diminta untuk membayar lebih biaya penjagaan 28.500 tentara AS di Semenanjung Korea, untuk melindungi negara tersebut dari tetangganya yang bersenjata nuklir.

Tetapi, meskipun adanya permintaan itu, AS tetap berkomitmen untuk mempertahankan perdamaian yang diperjuangkan dengan keras di Semenanjung Korea.

Peringatan 70 tahun itu datang setelah hubungan Korea Selatan-Korea Utara tetap membeku menyusul pemulihan hubungan mereka pada 2018, yang membawa pada tiga pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, demikian seperti dikutip dari AFP, Kamis (25/6/2020). 

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kondisi Hubungan yang Dapat Berubah Kapan Saja

Moon Jae-in dan Kim Jong-un Sepakati Denuklirisasi Penuh (KOREA SUMMIT PRESS POOL / AFP)

Setelah ketegangan yang meningkat dari Korea Utara pekan lalu, yang salah satunya penghancuran kantor penghubung di sisi perbatasan yang melambangkan kerja sama Korea Selatan dan Korea Utara, Kim Jong-un telah menangguhkan rencana langkah militer yang ditujukan ke Negeri Ginseng tersbut.

dalam editorialnya tentang peringatan 70 tahun Perang Korea, JoongAng Daily Korea Selatan mengatakan bahwa peristiwa baru-baru ini menunjukkan bahwa hubungan antar-Korea "dapat berubah menjadi kondisi yang tidak aman kapan saja.

Selain itu, editorial JoongAng Daily memaparkan bahwa Pemerintah Korea Selatan "secara terus-menerus menutup mata" terhadap provokasi Pyongyang, yang menghasilkan "rasa keamanan yang melambat."

Mereka pun juga menulis, "Tidak ada perjalanan gratis dalam menjaga perdamaian," seraya menambahkan, "Kami berharap pemerintah dan kementerian pertahanan merenungkan secara mendalam pelajaran 70 tahun yang lalu."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya