Sama-Sama Dihantam Corona, Ekonomi Indonesia Lebih Baik Dibanding Negara Lain

Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh melambat bahkan cenderung negatif pada tahun ini akibat corona.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jun 2020, 19:13 WIB
Pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh melambat bahkan cenderung negatif pada tahun ini. Namun proyeksi tersebut masih lebih baik dibandingkan negara berkembang lain yang juga terdampak pandemi COVID-19.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara.

Mirza mengatakan jika puncak pandemi COVID-19 hanya terjadi sekali di dunia (single hit), maka ekonomi Indonesia diprediksi terkontraksi minus 2,8 persen pada tahun ini.

Ia mengutip kajian Organisasi Internasional Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

Sementara ekonomi negara-negara lain seperti Turki, menurut dia, bisa terjerembab hingga minus 4,8 persen, Argentina minus 8,3 persen, Meksiko minus 7,5 persen, Afrika Selatan minus 7,5 persen dan Brasil minus 7,4 persen.

"Kalo ekonomi dunia misalnya single hit, ekonominya -6 persen, Indonesia -2,8 tahun ini,” ujar mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia dikutip dari Antara, Selasa (23/6/2020).

Namun, jika gelombang kedua COVID-19 (second wave) terjadi, Mirza mengatakan kajian OECD menggambarkan penurunan ekonomi dunia termasuk Indonesia bisa jauh lebih dalam.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 4 halaman

Prediksi Ekonomi Indonesia

(Foto:@Pelindo III)

Dengan gelombang kedua COVID-19 ini, ekonomi Indonesia diperkirakan negatif 3,9 persen, Turki bisa terjerembab hingga minus 8,1 persen, Argentina minus 10,1 persen, Meksiko minus 8,6 persen, Afrika Selatan minus 8,2 persen dan Brasil minus 9,1 persen.

"Jika ada second wave itu kita bisa ke minus 3,9 persen. Kalau dibandingkan banyak negara, Rusia itu minus, begitu juga Afrika Selatan dan Inggris," ujarnya.

"Memang yang jelas kondisinya buruk dibandingkan dengan sebelum situasi COVID-19," ia menambahkan.

Pandemi COVID-19 ini, kata Mirza, menjadi perhatian utama para pelaku ekonomi dunia saat ini. Negara-negara di dunia sedang mengupayakan agar kegiatan ekonomi terus berjalan, namun tetap dapat meminimalkan risiko terpapar COVID-19.

3 dari 4 halaman

Pemerintah Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2020 hingga Minus 1 Persen

Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta, Senin (7/11). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III 2016 mencapai 5,02 persen (year on year). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah merevisi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2020. Sehingga diprediksi pertumbuhan ekonomi nasional akan terkoreksi sampai minus 0,4 persen sampai minus 1 persen.

Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional, Suminto mengatakan, bahwa revisi penting dilakukan untuk menentukan berbagai kebijakan yang coba dilakukan oleh pemerintah. Khususnya untuk menghindari laju penurunan pertumbuhan ekonomi agar tidak lebih dalam di tahun ini.

"Sekaligus juga untuk memberikan 'environment' bagi pemulihan ekonomi yang lebih baik. Sehingga proses recovery akan lebih cepat," kata dia dalam video conference via Zoom, Selasa (23/6/2020).

Anak buah Sri Mulyani ini mengatakan, apabila pertumbuhan ekonomi nasional terkontraksi sangat dalam akan berdampak buruk terhadap kesejahteraan masyarakat. Imbasnya angka pengangguran dan kemiskinan akan melonjak secara drastis.

Kementerian Keuangan sendiri telah memproyeksikan jumlah pengangguran akan meningkat berkisar 4-5 juta orang.

Hal ini didasarkan pada prediksi akan bertambahnya kelompok masyarakat miskin sampai 5 juta orang pada tahun ini.

Untuk itu, dalam upaya menahan lonjakan jumlah kemiskinan maupun pengangguran ini. Pihaknya dalam konteks kebijakan fiskal akan memaksimalkan dari sisi demand side maupun supply side-nya. 

4 dari 4 halaman

Fokus ke Daya Beli

Suasana aktivitas jual beli di Pasar Terapung Lok Baintan, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (27/3). Pasar Terapung Lok Baintan ini juga sekaligus menjadi salah satu lokasi wisata di Kalimantan Selatan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Dari sisi permintaan, Kementerian Keuangan akan fokus menjaga daya beli masyarakat dengan berbagai program social safety net atau bantuan sosial (bansos). Sehingga dapat menahan kenaikan angka kemiskinan baru.

Tak ayal, manfaat bansos ditargetkan menyentuh lebih dari 40 persen penduduk Indonesia saat ini. Nantinya, penerima bansos diutamakan dari kelompok masyarakat dengan pendapatan terendah.

Sedangkan dari sisi suplai, pihaknya akan meningkatkan berbagai stimulus bagi dunia usaha yang terdampak pandemi Covid-19. Termasuk UMKM dan koperasi sebagai bagian dari tulang punggung ekonomi nasional.

"Tujuannya yakni agar dapat mencegah terjadinya lay off (PHK) dalam jumlah yang signifikan. Yang mana berpotensi turut menyebabkan terjadinya kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia," tandasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya