Kisah Pengusaha Restoran Kembali Bangkit Usai Depresi Bisnis Goyang Gara-gara Covid-19

Hantaman virus corona itu juga dirasakan seorang pengusaha asal Italia di Shanghai, Luca Frigeni.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 23 Jun 2020, 20:00 WIB
Ilustrasi restoran China. (Xinhua/Chen Xinbo)

Liputan6.com, Jakarta Bukan rahasia lagi, virus corona tak hanya membuat korban jiwa berjatuhan tapi sekaligus menumbangkan banyak akar bisnis. Hantaman virus corona itu juga dirasakan seorang pengusaha asal Italia di Shanghai, Luca Frigeni.

Awalnya pada tahun ini, Frigeni berhasil mewujudkan mimpi membuka restoran sendiri di Shanghai. Namun pandemi berhasil mencuri mimpinya sehingga dia harus memasuki fase paling sulit sepanjang masa karirnya.

Melansir laman CNBC, Selasa (23/6/2020), bisnis restorannya SakeMate sebenarnya sangat gemilang. Jumlah pengunjung restoran tersebut juga terus meningkat.

Tapi beberapa minggu kemudian restoran yang berlokasi di pusat pariwisata itu harus ditutup selama hampir sebulan mengikuti instruksi pemerintah terkait pandemi.

Maklum saja, Shanghai merupakan kota yang padat dengan jumlah penduduk hampir 25 juta jiwa. Lokasinya berjarak 90 menit penerbangan dari Wuhan, kota yang diyakini sebagai asal Covid-19.

"Pada Februari, karena ini merupakan pengalaman pertama saya membuka restoran, saya tentu merasa sangat depresi. Saya rasa pandemi ini merupakan perang terbesar saya sepanjang hidup dan berbisnis," tutur Frigeni.

Dia harus mencari cara untuk memangkas anggaran termasuk memotong gaji karyawan, memberhentikan sebagian karyawan, dan mengirim kepala koki kembali ke Peru untuk sementara serta bernegosiasi terkait ketersediaan dana.

"Malam itu, saya keluar dari restoran dalam keadaan sangat bingung, tak bisa melihat orang, mobil-mobil yang melintas, sungguh hal yang tragis," kisahnya.

 

Tonton Video Ini

2 dari 2 halaman

Mulai Membaik

Ilustrasi Grafik Perkembangan, Penjualan, dan atau Pencapaian Perusahaan dan Bisnis. Kredit: Freepik

Namun tak lama, restoran-restoran kembali mendapat izin untuk beroperasi kembali, tapi dengan aturan yang ketat dari pemmerintah.

Aturan itu termasuk penggunakan aplikasi mobile yang menelusuri orang-orang dan mengirimkan peringatan jika mereka memliki hubungan dekat dengan orang yang terinfeksi virus.

Saat SakeMate kembali dibuka pada akhir Februari, Frigenni mengatakan, orang-orang masih takut meninggalkan rumah. Tapi kondisi berubah kembali pada Maret dan April.

"Kini, suasananya sangat luar biasa berbeda. Bahkan orang-orang berjalan tanpa masker di jalanan. Orang-orang merasa lebih aman. Kami menikmati hidup kami kembali dan semuanya kembali normal," jelas Frigeni.

Ia mengatakan, tempatnya sudah tak menerapkan pemeriksaan suhu di tempat masuk dan dia bahkan menerima pertemuan perusahaan besar dan pesta ulangtahun di restorannya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya