Sri Mulyani Prediksi Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 1 Persen di 2020

Estimasi Sri Mulyani saat ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan estimasi sebelumnya yang ada di angka 2,3 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jun 2020, 20:31 WIB
Menkeu Sri Mulyani saat rapat kerja gabungan bersama BPJS dan DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (18/2/2020). Rapat membahas kenaikan iuran BPJS Kesehatan, data peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), dan peran pemda dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2020 hanya di kisaran 1 persen. Angka ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan estimasi sebelumnya yang ada di angka 2,3 persen. 

"Pemerintah sendiri proyeksi minus 0,4 hingga 1,0 persen untuk pertumbuhan ekonomi 2020," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan DPR, Jakarta, Kamis (18/6/2020).

Revisi pertumbuhan tersebut juga dikarenakan pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang diyakini akan merosot tajam dibandingkan kuartal I yang tercatat 2,97 persen. "Perekonomian 2,3 persen kami revisi proyeksi turun ke 1 persen karena kontraksi dalam di kuartal II," jelas Sri Mulyani.

Meski demikian, perekonomian masih memiliki peluang tumbuh lebih baik atau lebih buruk hingga akhir tahun jika dilihat dari kebijakan dan langkah yang dilakukan pemerintah dalam penanganan dampak dari Covid-19. Selain itu, perekonomian juga akan ditentukan saat menurunnya penyebaran virus ini.

"Tetapi, ini semua tergantung kemampuan kita pulihkan ekonomi di kuartal II dan IV atau di Semester II-2020 ini," jelas Sri Mulyani.

 

2 dari 3 halaman

Konsumsi 0 Persen

Ketua DPR Puan Maharani saat rapat konsultasi dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani di Ruang Pansus B, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/12). Rapat diikuti oleh Menteri Keuangan, pimpinan DPR, Komisi XI, Komisi VII, dan Banggar. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani memprediksi konsumsi rumah tangga pada kuartal II tahun ini turun sangat drastis yaitu 0 persen. Sebelumnya, pemerintah menargetkan konsumsi rumah tangga ada pada level 3 persen.

"Kami perkirakan kuartal-II konsumsi rumah tangga yang tadinya masih bisa tumbuh 3 persen akan mengalami pelemahan lebih lanjut di 0 persen," jelasnya.

Pelemahan konsumsi tersebut akan berdampak pada inflasi yang lebih rendah. Meski demikian, inflasi yang rendah ini akan menjadi kabar baik bagi Bank Indonesia untuk melakukan sejumlah kebijakan.

"Tingkat inflasi kita mengalami penurunan. Dengan hal ini Bank Indonesia sedikit merasa lebih nyaman bahwa inflasi kita turun. Tetapi ini disebabkan karena daya beli masyarakat terutama konsumsi rumah tangga yang mengalami pelemahan cukup drastis," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Kebijakan Akomodatif

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung Nusantara I, Jakarta, Senin (4/11/2019). Ini merupakan rapat perdana Menkeu dengan Komisi XI DPR RI. (Liputan6.com/JohanTallo)

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, karena inflasi bukan merupakan ancaman ekonomi saat ini, pemerintah berharap bank sentral dapat membuat kebijakan yang lebih akomodatif.

"Karena inflasi tidak menjadi salah satu ancaman saat ini, kita berharap Bank Indonesia bisa memberikan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Hari ini Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin pada angka 4,25 persen, inflasi kita masih di sekitar angka 2 bahkan di bawah 3 persen," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya