Kondisi Warga Miskin di Palembang, Tinggal di Atas Rawa Hingga Kekurangan Biaya Berobat

Beberapa warga Kota Palembang yang berada di garis kemiskinan, harus hidup dengan penuh keprihatinan.

oleh Nefri Inge diperbarui 10 Jun 2020, 18:00 WIB
Husna (60), warga Palembang ini harus berjalan melewati genangan air yang tinggi saat keluar rumahnya (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Keterbatasan perekonomian membuat warga miskin di Kota Palembang Sumatera Selatan (Sumsel), harus hidup penuh keprihatinan. Mulai dari hidup di rumah reot di atas rawa hingga kekurangan biaya berobat.

Seperti dialami Husna (60), yang harus hidup berdua dengan anak perempuannya berusia 35 tahun di dalam rumah kayu. Kondisi rumahnya di Jalan May Zen Lorong Mufakat Ujung Palembang ini pun cukup miris.

Gubuk reot tersebut dibangun di atas rawa, sehingga rumahnya akan terendam air bah saat musim hujan. Bahkan, untuk keluar dari rumahnya Husna harus mengangkat celananya hingga setinggi paha, agar tidak basah karena genangan air tersebut.

Rumah sederhananya pun sudah miring ke kiri, sehingga berpotensi roboh jika dimasuki banyak orang.

“Sudah dari tahun 2005 pindah ke sini. Ini rumah sendiri, tapi sejak lima tahun terakhir rumah saya sudah miring dan semakin rapuh,” ucapnya, saat ditemui di depan rumahnya, Selasa (9/6/2020).

Husna sempat bekerja menjadi pembantu rumah tangga, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari bersama anak perempuannya. Namun karena kondisi kesehatannya menurun, Husna akhirnya tidak bisa mengais rezeki lagi.

Wanita paruh baya ini, hanya bisa mengandalkan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah, serta sumbangan dari warga sekitar. Dia juga sudah mengantongi Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Kehadiran anak perempuan satu-satunya juga, tak banyak membantu perekonomian Husna. Anaknya tersebut mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), di tempatnya bekerja di Palembang.

“Anak saya sempat bekerja tapi dipecat. Sekarang kami berdua hanya beraktivitas di rumah saja. Tapi anak saya sering sakit-sakitan, seringkali pingsan tiba-tiba,” ujarnya.

Kondisi berbeda dialami Abdul Kadir (45). Warga Jalan Sakti Wiratama Kelurahan Sri Mulya Palembang ini, juga tak kalah memprihatinkan.

Kepala rumah tangga ini, hanya bisa terbaring tak berdaya dengan balutan perban putih di kedua kakinya.

Sebelum bulan Ramadan 1441 Hijriah kemarin, Kadir mengalami kecelakaan kerja. Saat dia memasang baleho di Jalan Soekarno Hatta Palembang, baleho yang dipasangnya tersangkut kabel listrik yang terkelupas.

 

2 dari 2 halaman

Korban Kecelakaan Kerja

Wawako Palembang Fitrianti Agustinda mengunjungi Abdul Kadir, yang mengalami luka bakar akibat tersetrum aliran listrik saat memasang baleho (Liputan6.com / Nefri Inge)

“Suami saya tersengat listrik tepat di kedua kakinya. Jadi sekarang, jari-jari kakinya terputus dan tidak bisa berjalan. Sebagian tubuhnya terbakar akibat sengatan listrik,” ujarnya.

Awalnya, perusahaan tempat Kadir bekerja membiayai pengobatannya. Namun kini, dia hanya bisa terbaring lemah di rumahnya, tanpa ada biaya sedikit pun untuk pengobatan lanjutannya.

Ketidakberdayaan Kadir pun, membuat kondisi perekonomian keluarganya carut marut. Sebagai pencari nafkah, kini Kadir dan istrinya hanya bisa berpangku tangan ke anak-anaknya dan bantuan dari pemerintah.

Wakil Wali Kota (Wawako) Fitrianti Agustinda pun menyempatkan diri mengunjungi kedua warganya tersebut. Dia berjanji akan membedah rumah nenek Husna, sekitar bulan Juli 2020 mendatang.

“Untuk warga yang mengalami luka bakar, akan segera kita bawa ke Rumah Sakit (RS) Bari Palembang dan tidak dipungut biaya. Takutnya nanti luka bakarnya infeksi, sehingga harus ditangani dengan serius,” ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya