Jaga Terapi Anak Selama Pandemi, Orangtua dan Terapis Harus Bekerja Sama

Dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) banyak orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (ABK) kesulitan mendatangi terapis.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 23 Mei 2020, 12:11 WIB
Terapi berpasangan antara ibu dan anak dilakukan guna meningkatkan bonding dan empati.

Liputan6.com, Jakarta Dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) banyak orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) kesulitan mendatangi terapis. Hal ini disampaikan Annelia Sari Sami Ketua Satgas Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia untuk Penanggulangan COVID-19 .

“Teman-teman terapis sekarang ini bahasanya lagi jumpalitan membuat teknik, metode, protokol, bagaimana agar mereka melatih orangtua agar  mampu melanjutkan pendekatan terapi secara langsung pada anaknya di rumah,” ujar Anne dalam webminar bersama Unicef (19/5/2020).

Dalam upaya ini, orangtua dilatih oleh terapis untuk menangani anaknya di rumah. Kemudian, melaporkan kepada terapis tentang perkembangan terapi mandiri tersebut.

“Ini memang tidak 100 persen efektif, tapi ini yang memang masih dijalankan untuk mereka yang masih membutuhkan terapi.”

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Butuh Koordinasi

Untuk kelancaran upaya tersebut, Anne menyebut perlu adanya kerja sama dan koordinasi antara terapis, orang tua, dan pihak sekolah anak.

“Karena anak-anak berkebutuhan khusus ini juga biasanya bersekolah di sekolah inklusi atau sekolah khusus. Bagaimana caranya agar semua sisi kehidupan dan kegiatan mereka itu tetap bisa memberikan intervensi.”

Tujuan akhir dari upaya ini selama pandemi adalah minimal mencegah adanya kemunduran pada perkembangan anak.

“Jika terjadi pertumbuhan itu lebih baik, tapi paling tidak, menjaga agar tidak ada kemunduran,” pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya