Jokowi Geram Harga Bawang Mahal, Kementan Sebut karena Musim Bergeser

Harga bawang akan kembali normal pada bulan Juni mendatang. Sebab, sejumlah daerah sentra memasuki panen raya.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mei 2020, 19:10 WIB
Pedagang menjajakan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (2/4/2019). Sejumlah pedagang di Pasar Induk Kramat Jati mengaku harga bawang merah dan bawang putih relatif stabil, meskipun terjadi kenaikan harga di beberapa daerah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengeluhkan kenaikan harga bawang merah yang mencapai Rp 51 ribu per kilogram (kg). Ia menyebut harga saat ini terpaut jauh dari harga acuan yang dipatok pemerintah Rp 32 ribu per kg.

Menyikapi keluhan presiden, Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, mengatakan bahwa lonjakan harga bawang merah diakibatkan oleh pergeseran musim panen di sejumlah daerah penghasil bawang. Hal ini sebagai akibat dari mundurnya musim penghujan pada 2019.

"Memang harga (bawang) naik. Tak lepas dari pergeseran musim panen setelah keterlambatan musim hujan di tahun lalu," kata Prihasto saat dihubungi Merdeka.com, Rabu, (13/5/2020).

Prihasto menjelaskan, pergeseran musim panen memicu terjadinya kelangkaan stok bawang di sejumlah wilayah. Imbasnya harga bumbu dapur favorit ini merangkak naik hingga memasuki pertengahan bulan suci Ramadan.

"Ini memang yang mempengaruhi harga di pasaran. Kan stoknya berkurang," lanjutnya.

Namun, Prihasto mengklaim harga bawang akan kembali normal pada bulan Juni mendatang. Sebab, sejumlah daerah sentra memasuki panen raya sehingga stok bawang akan kembali normal.

"Ada Brebes, Demak, Solo, Garut yang siap panen nantinya. Bahkan Enrekang pun panen bawang di waktu yang sama," tegasnya.

Meski begitu, Prihaso berujar bahwa situasi setelah Juni 2020 belum tentu aman sepenuhnya, ini berdasarkan data early warning system (EWS) mencatatkan adanya fluktuasi neraca. Di mana, pada Juli 2020 diprediksi kembali defisit 990 ton kemudian surplus kembali di Agustus 2020 sebesar 5.200 ton dan kembali defisit di September berkisar 950 ton.

 

2 dari 2 halaman

Permintaan Jokowi

Sebanyak 165 ton bawang merah Probolinggo dilepas menuju negara Thailand. Kementerian Pertanian melalui Balai Karantina Pertanian Surabaya bersama PT. Cipta Makmur Sentausa melakukan ekspor perdana tahun 2019 bawang merah dari Probolinggo.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi minta kepada jajarannya agar melihat terkait ketersediaan dan stabilitas harga bahan pokok. Khususnya, kata Jokowi, beberapa harga yang tidak kunjung stabil.

"Saya minta dicek di lapangan, dikontrol sehingga bisa terkendali masyarakat bisa naikkan daya belinya," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas terkait lanjutan Pembahasan Antisipasi Kebutuhan Bahan Pokok di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (13/5).

Imbauan tersebut diminta Jokowi lantaran telah mendapatkan data di lapangan saat ini beberapa harga tidak kunjung stabil. Salah satunya yaitu bawang merah yang hingga saat ini masih di angka Rp51 ribu.

"Bawang merah yang harga nasionalnya rata-rata masih di angka Rp51 ribu, masih jauh dari harga acuan bawang merah yaitu Rp32 ribu," jelas

Tidak hanya bawang merah, gula pasir pun kata Jokowi saat ini harganya belum stabil. Yaitu mencapai Rp17.500, padahal harga eceran tertinggi (HET) yaitu Rp12.500.

"Oleh sebab itu saya ingin ini dilihat masalahnya ada di mana, urusan distribusi atau memang stok yang kurang, atau memang ada yang sengaja permainkan harga untuk sebuah keuntungan yang besar," kata Jokowi.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya