Ada PSBB, Masyarakat Beralih ke Pembayaran Digital

Transansi yang dilakukan melalui QRIS terus meningkat baik secara volume maupun nominal.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Apr 2020, 16:48 WIB
Karyawan BI melakukan transaksi menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) di kantor BI, Jakarta, Sabtu (17/8/2019). QRIS merupakan transformasi digital pada Sistem Pembayaran Indonesia sangat membantu percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan digital di Indonesia. (Liputan6.com/HO/Rizal)

Liputan6.com, Jakarta Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) turut mendorong perubahan di masyarakat yang lebih memilih pembayaran yang beralih ke digital payment, seperti penggunaan QRIS yang terus meningkat.

"Transansi yang dilakukan melalui QRIS terus meningkat baik secara volume maupun nominal. Sementara transaksi melalui EDC debit mengalami penurunan yang ditengarai meningkatnya perluasan QRIS dan penurunan aktivitas transaksi offline di tengah pandemi," papar Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendarta.

Indikasi tersebut, lanjut Fili, terlihat pada penurunan baik outflow sebesar 5,2 persen ytd maupun inflow sebesar 1,7 persen ytd transaksi perkasan Bank Indonesia, khususnya dalam satu bulan terakhir.

"Bahkan di saat bulan puasa, yang umumnya kebutuhan uang tunai meningkat, pada tahun ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya," kata dia, Kamis (30/4/1010).

Menurut pemaparannya, interkoneksi transaksi QRIS di merchant meningkat mencapai 2,2 juta transaksi selama Maret, dengan total nominal mencapai Rp 75,1 miliar, atau dengan rata-rata Rp 34.177 per transaksi.

Sementara itu, penurunan drastis dalam penggunaan Electronic Data Capture (EDC), dimulai sejak diumumkannya kebijakan belajr di rumah pada 10 Maret lalu, kameudian diikuti dengan kebijakan WFH oleh instansi Pemerintah dan Swasta.

 

2 dari 2 halaman

BI Siapkan Uang Tunai Rp 158 Triliun untuk Ramadan dan Idul Fitri 2020

Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Bank Indonesia (BI) memproyeksi serta menyiapkan kebutuhan uang kartal untuk periode Ramadan dan Idul Fitri tahun ini mencapai Rp 158,0 triliun, atau tumbuh negatif 17,70 persen (yoy), dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 192 triliun.

Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Uang, Marlison Hakim, menjelaskan setidaknya ada tiga alasan mengapa proyeksinya tumbuh negatif.

"Pertama, terkait dengan hari libur Idul Firi 1441 H yang diatur ulang menjadi akhir tahun 2020, sehingga hari libur dari semula jumlahnya 12 hari, menjadi 5 hari," papar dia dalam acara BBM (BI Bareng Media), Kamis (29/4/2020), 

Kemudian, mayoritas pekerja swasta tidak menerima THR. Khusus ASN serta anggota TNI dan Polri, THR diberikan kepada golongan Eselon III ke bawah.

Yang ketiga, lanjut Marlison, terkait dengan himbauan Pemerintah untuk tidak melakukan mudik pada Hari Raya Idul Fitri tahun ini.

Sebagai informasi, adapun persebaran jenis uangnya adalah, Uang Pecahan Besar (USB) jumlahnya Rp 142,30 triliun atau 90,0 persen. Uang Pecahan Kecil (UPK) kertas Rp 15,58 triliun atau 9,86 persen, dan Uang Pecahan Kecil (UPK) logam sebesar Rp 0,08 triliun atau 0,05 persen.

Disalurkan oleh sekitar 83 bank di seluruh Indonesia. "Hampir 83 bank yang ikut dalam program penukaran uang ini," jelasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya