AP II Siapkan 3 Skenario Terbaik hingga Terburuk di Tengah Pandemi Corona

Tren penurunan lalu lintas penumpang dan pergerakan pesawat di tengah COVID-19 juga dirasakan di bandara kelolaan Angkasa Pura II.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 21 Apr 2020, 20:59 WIB
Aktivitas penumpang di terminal keberangkatan 1A Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Sabtu (28/3/2020). PT Angkasa Pura II (Persero) akan membatasi kegiatan di Terminal 1 dan 2 Bandara Soetta mulai 1 April 2020 terkait meluasnya kasus virus Corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Pandemi global COVID-19 menjadi tantangan luar biasa bagi industri penerbangan global. Pengelola transportasi udara pun harus bisa mengantisipasinya.

President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengakui jika tren penurunan lalu lintas penumpang dan pergerakan pesawat di tengah COVID-19 juga dirasakan di bandara kelolaan perusahaan.

Awalnya, jumlah penumpang pesawat di 19 bandara perseroan pada tahun ini pada awalnya diperkirakan mencapai 93,92 juta penumpang.

“Namun kemudian terjadi pandemi global COVID-19, dan dengan melihat tren yang ada serta mempertimbangkan situasi, kondisi, perkembangan di industri serta kebijakan regulator, diperkirakan jumlah penumpang tidak akan mencapai 93,92 juta penumpang,” ujar dia melalui keterangan tertulis, Selasa (21/4/2020).

Dia mengaku, perusahaan pun menetapkan ada 3 skenario sebagai dasar dalam menjalankan strategi di tengah pandemi ini.

"Skenario tersebut adalah Best Scenario, Bad Scenario dan Worst Scenario,” jelas Muhammad Awaluddin.

Pada Best Scenario diperkirakan jumlah penumpang pesawat di 19 bandara mencapai 68,22 juta penumpang atau lebih rendah 27 persen dibandingkan dengan perkiraan awal.

Sementara pada Bad Scenario bisa sebanyak 63,49 juta penumpang atau lebih rendah 32 persen dari perkiraan awal, dan skenario terburuk (Worst Scenario) jumlah penumpang kemungkinan hanya mencapai 57,80 juta penumpang atau lebih rendah 38,45 persen dari perkiraan awal.

Perkiraan jumlah penumpang berdasarkan 3 kriteria diatas didasarkan pada periode berakhirnya pandemi, kecepatan recovery industri aviasi dan periode normal yang ditandai dengan kondisi ekonomi yang sudah kembali stabil.

Adapun dalam menghadapi tantangan COVID-19 ini PT Angkasa Pura II telah menetapkan strategi mitigasi risiko yaitu Business Continuity Management yang terdiri dari 3 fase yaitu Business Survival, Business Recovery, dan Business Sustainability.

Saat ini perseroan tengah menjalankan fase Business Survival dengan obyektifnya antara lain perlindungan tenaga kerja, cost leadership, pemilihan prioritas investasi dan optimalisasi arus kas perseroan.

 

 

 

2 dari 2 halaman

Kondisi

Petugas Imigrasi bandara menggunakan masker pelindung saat berada di Pintu Kedatangan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat (31/1/2020). Hal itu dilakukan sebagai antisipasi penularan dan penyebaran virus corona (2019-nCov). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Director General Airport Council International (ACI) Angela Gittens dalam publikasinya pada 3 April 2020 menuturkan lalu lintas penumpang pesawat di dunia pada 2020 awalnya diperkirakan mencapai 9,5 miliar penumpang, naik 4,39% dibandingkan dengan 2019 sekitar 9,1 miliar.

Namun melihat perkembangan yang ada karena pandemi global COVID-19, perkiraan tersebut diyakini tidak tercapai, berdasarkan realisasi Kuartal I/2020.

Adapun lalu lintas penumpang di dunia pada Januari lebih rendah 6,9 persen dibandingkan dengan perkiraan awal, kemudian pada Februari lebih rendah 22,9% dan Maret lebih rendah hingga 53,1 persen.

Secara kumulatif, lalu lintas penumpang pesawat di dunia sepanjang Januari-Maret 2020 lebih rendah 28,3% (setara dengan 620 juta penumpang) dibandingkan dengan perkiraan awal.

Melihat kondisi tersebut, ACI memperkirakan jumlah penumpang pesawat di dunia pada 2020 hanya sekitar 5,9 miliar penumpang atau terkoreksi 38 persen (setara 3,6 miliar penumpang) dibandingkan dengan perkiraan awal 9,5 miliar penumpang.

 

Indonesia National Air Carriers Association (INACA) pada 26 Maret 2020 mengungkapkan bahwa jumlah penumpang pesawat sejak bulan lalu sudah turun drastis dan sejalan dengan itu maskapai nasional mengurangi jumlah penerbangan, baik rute dan frekwensi, sampai dengan 50 persen atau lebih.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konpers APBN KITA, Jumat 17 April 2020, mengungkapkan sepanjang Januari – Februari 2020 sudah terdapat 12.703 penerbangan yang dibatalkan di 15 bandara utama di Indonesia, terdiri dari 11.680 penerbangan domestik dan 1.023 penerbangan internasional.

Lebih lanjut, Menkeu mengungkapkan sektor layanan udara kehilangan pendapatan Rp207 miliar di mana sebesar Rp48 miliar berasal dari penerbangan dari dan ke China.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya