BI Sebut Pemerintah Upayakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tidak Negatif

Ekonomi dunia diperkirakan mengalami kontraksi tajam hingga tiga persen akibat pandemi virus corona Covid-19

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Apr 2020, 18:45 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini lebih buruk dibandingkan krisis keuangan 2008-2009.

Ekonomi diperkirakan mengalami kontraksi tajam hingga tiga persen akibat pandemi virus corona Covid-19 yang menekan aktivitas ekonomi di sektor riil maupun keuangan.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa ketidak-pastiannya masih tinggi, termasuk juga ketidakpastian mengenai resiko-resiko yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi, baik dunia maupun indonesia.

"Kemarin kita mendengar IMF forecast nya ekonomi global yang ini akan minus 3 persen, padahal sebelumnya diperkirakan 3,3 persen. Tapi tahun depan pertumbuhan ekonomi yang semula diperkirakan 3,4 persen akan naik menjadi 5,8 persen, itu sesuai dengan pola v-shape," kata Perry dalam media briefing, Jumat (17/4/2020).

Perry menyebutkan, ekonomi dunia akan menurun, khususnya di triwulan II dan III, kemudian berangsur-angsur naik di triwulan 4 dan tumbuh tinggi di 2021.

 

2 dari 2 halaman

Skenario Terberat

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Oleh karena itu, BI bersama dengan Kemenkeu, OJK dan LPS melakukan koordinasi mengenai skenario berat dan skenario sangat berat.

"Waktu itu, skenario beratnya adalah 2,3 persen pertumbuhan ekonomi kita, skenario sangat beratnya adalah minus 0,4 persen," kata dia.

"Dengan skenario-skenario itu, kami membahas bagaiana supaya bisa mengarah kepada skenario berat, bukan skenario sangat berat, yaitu pertumbuhannya 2,3 persen, tidak ke minus 0,4 persen," imbuhnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya