Terjangkit COVID-19, Remaja Suku Pedalaman Amazon Meninggal Dunia

Seorang remaja dari suku pedalaman Amazon, Brasil meninggal dunia akibat terjangkit COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Apr 2020, 11:01 WIB
Patung Christ the Redeemer atau Yesus sang Penebus yang populer di dunia menyala dengan gambar tenaga medis pada Paskah di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (12/4/2020). Pertunjukkan itu bentuk solidaritas kepada dokter dan perawat yang telah merawat pasien corona di berbagai negara. CARL DE SOUZA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Seorang remaja bernama Alvanei Xirixan yang merupakan anggota sebuah suku pribumi di Amazon, Brasil meninggal dunia. Dia menjadi satu dari lima orang pedalaman di negara tersebut yang menjadi korban jiwa dari COVID-19.

Bocah laki-laki 15 tahun ini merupakan yang pertama dari penduduk asli Yanomami yang dilaporkan meninggal dunia karena COVID-19. Tidak diketahui bagaimana dia tertular.

Namun, ada kemungkinan dia tertular karena komunitasnya tinggal di dekat sungai Uraricoera, Brasil utara, di mana sekitar 10 ribu penambang emas ilegal mendirikan sebuah kamp.

Dikutip dari Live Science pada Kamis (16/4/2020), Kementerian Kesehatan Brasil mengatakan bahwa remaja ini meninggal pada 9 April di sebuah rumah sakit di Boa Vista.

Diketahui, anak ini memiliki masalah kesehatan lain seperti malanutrisi, anemia, serta malaria berulang. Tidak diketahui apakah kondisi tersebut mempengaruhi risiko meninggal dunia karena COVID-19.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Tingkatkan Kekhawatiran Kerentanan Masyarakat Adat

Sebuah gubuk di wilayah adat Vale do Javari, kawasan hutan Amazon, Brasil, di Negara Bagian Amazonas, dekat perbatasan Peru. (Adam Mol / National Indian Foundation via AFP)

Kasus ini meningkatkan kekhawatiran soal rentannya masyarakat pedalaman terhadap penyakit ini. Kementerian Kesehatan Brasil juga telah mengakui hal ini.

"Kita harus berhati-hati tiga kali lipat terhadap komunitas (pribumi), terutama yang memiliki sedikit kontak dengan dunia luar," kata Luiz Henrique Mandetta, Menteri Kesehatan Brasil seperti dikutip dari The Independent.

Kantor berita Globo melaporkan Kemenkes Brasil telah membentuk komite krisis nasional untuk memantau dampak COVID-19 terhadap masyarakat adat.

Antropolog Perancis Bruce Albert kepada Amazonia Real mengatakan bahwa kemungkinan sistem kesehatan setempat tidak menyadari gejala-gejala awal dari COVID-19 sehingga dia dirawat dengan pengobatan flu biasa.

"Ada risiko luar biasa dari virus yang menyebar di komunitas asli dan memusnahkan mereka," kata Dr. Sofia Mendonça, seorang peneliti di Federal University of Sao Paulo.

Jenazah remaja ini dimakamkan satu jam usai kematiannya. Sementara warga yang menghabiskan waktu bersama anak ini termasuk orangtuanya, lima tenaga kesehatan setempat, seorang pilot pesawat terbang, dan komunitas Helepi yang berpenduduk sekitar 70 orang, tengah menjalani isolasi dan mendapatkan pemantauan.

Brasil memiliki sektiar 850 ribu penduduk pribumi yang dinilai rentan terhadap penyakit dari luar. Gaya hidup mereka sehari-hari juga membuat jaga jarak sosial sulit dilakukan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya