Gugus Tugas Covid-19 Harap Pemerintah Rumuskan Kecemasan Panic Buying

Pemerintah juga perlu memastikan pasokan bahan pokok dan kebutuhan medis tercukupi demi menekan kecemasan masyarakat agar tak terjadi panic buying.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 22 Mar 2020, 13:26 WIB
Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana saat meninjau Operasi Pasar di Pasar Palmerah, Jakarta, Jumat (20/3/2020). Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana bersama Satgas Pangan Ditreskrimsus Polda Metro Jaya melakukan pemantauan langsung untuk mencegah panic buying. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pusat Krisis Universitas Indonesia Dicky Palupessy meminta pemerintah dapat duduk bersama pihak terkait untuk mengatasi kepanikan masyarakat berbelanja lebih atau panic buying terkait pandemi virus corona Covid-19.

"Dasar munculnya panic buying adalah kecemasan. Selain karena virus corona, bisa karena hal lain. Misalnya informasi yang tidak jelas dan tertutup. Pemerintah harus duduk bersama membicarakan apa yang memicu kecemasan," ujar Dicky di Kantor Graha BNPB, Jakarta Timur, Minggu (22/3/2020).

Menurutnya, pemerintah juga perlu memastikan pasokan bahan pokok dan kebutuhan medis tercukupi demi menekan kecemasan masyarakat.

Dia menilai, koordinasi bersama berbagai pihak dalam menyampaikan informasi tersebut menjadi perlu, termasuk dengan para influencer.

"Selain pasokan, informasi adalah kunci. Kecemasan muncul karena memahami informasi masing-masing. Sumber informasi juga mungkin tidak utuh, maka perlu duduk bersama identifikasi apa yang menjdi sumber kecemasan," ucap Dicky.

Ia pun juga berharap, media dapat bekerja sama meredakan kecemasan masyarakat agar tak terjadi panic buying. Tentunya, kata Dicky, dengan menyajikan informasi yang faktual dan valid.

"Rekan-rekan media untuk tidak membuat konten yang terlalu bombastis dan memicu kepanikan masyarakat. Bukan hanya media, tapi pemerintah juga harus mencegah (memberi informasi yang memicu kepanikan)," Dicky menandaskan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Panic Buying

Warga antre saat Operasi Pasar di Pasar Palmerah, Jakarta, Jumat (20/3/2020). Perum Bulog bekerja sama dengan Sugar Group Companies menyiapkan 10 ton suplai gula tiap harinya dalam rangka Gerakan Stabilitas Pangan di 35 titik pasar. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sebelumnya, Sekretaris Jendral Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengakui bahwa pihaknya telah menerima surat dari Satgas Pangan Polri, terkait pengawasan ketersediaan bahan pokok di tengah kondisi kekhawatiran masyarakat akan pandemi Virus Corona di tanah air.

"Ya benar sudah kami terima, karena kita lihat indikasi masyarakat terjadi panic buying. Sehingga dikhawatirkan stok pangan habis," kata Solihin saat dikonfimasi oleh Merdeka.com, di Jakarta, Selasa, 17 Maret 2020.

Aprindo sendiri menyambut baik langkah tim Satgas Pangan Polri dan menyebutnya sebagai upaya tindakan preventif untuk mencegah terjadinya aksi panic buying pada tataran masyarakat Indonesia.

Terkait adanya pembatasan pembelian sejumlah bahan pangan dalam surat edaran Satgas Pangan Polri, Solihin menyebutkan bahwa hal ini bertujuan agar stok pangan tetap terkendali. Untuk itu masyarakat diminta tetap tenang dan tidak melakukan aksi borong kembali.

Dalam kesempatan itu, Solihin juga membantah adanya anggota Aprindo yang terlibat praktik penimbunan stok bahan pangan.

Ia justru mengklaim bahwa pihaknya telah memberikan himbauan bagi para anggotanya untuk tidak memanfaatkan momentum wabah virus Corona dengan menimbun stok bahan pangan, yang dianggap merugikan masyarakat selaku konsumen.

"Sebelum Pak Jokowi umumkan warganya terjangkit Corona, sudah kita himbau," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya