2 Warga Palestina Jadi Kasus Positif Corona COVID-19 Pertama di Gaza

Virus Corona menginfeksi dua warga Palestina yang telah berpergian ke Pakistan

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Mar 2020, 10:33 WIB
Guru menyampaikan materi pelajaran dari stasiun radio pendidikan di Jalur Gaza, Palestina, Minggu (15/3/2020). Di tengah kebijakan isolasi untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19, guru di Jalur Gaza menyampaikan materi pelajaran melalui siaran radio. (MOHAMMED ABED/AFP)

Liputan6.com, Gaza - Kasus positif Virus Corona COVID-19 pertama terkonfirmasi di Gaza, Palestina, pada Minggu (23/3/2020). Virus itu menginfeksi dua warga Palestina yang telah berpergian ke Pakistan dan kini tengah dikarantina.

PBB telah memperingatkan wabah Virus Corona COVID-19 di Gaza bisa menjadi bencana, penyebabnya adalah tingginya angka kemiskinan dan lemahnya sistem kesehatan di jalur pesisir di bawah blokade Israel sejak 2007 itu.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, dua orang yang dites positif virus corona ini telah dikarantina sejak mereka kembali dari Pakistan pada Kamis dan tidak berinteraksi dengan masyarakat luas.

"Dua kasus ini tercatat di antara mereka yang kembali ke Gaza... (dan) tidak bercampur dengan penduduk Jalur Gaza," kata Wakil Menteri Kesehatan, Yousef Abu Al-Reesh, dikutip dari France 24.

Warga yang terinfeksi ini diidentifikasi sebagai dua orang pria, dalam kondisi stabil, kata kementerian tersebut.

Israel telah memberlakukan blokade di Gaza sejak 2007, ketika kelompok Hamas mengambil alih wilayah tersebut.

Israel berpendapat langkah itu penting untuk mengisolasi Hamas, yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh sebagian besar negara Barat. Israel dan Hamas telah berperang tiga kali sejak 2008.

Pergerakan keluar dan masuk di wilayah sangat dibatasi oleh Israel dan Mesir sebelum pandemi, dan kemudian diperketat sejak pandemi Virus Corona.

Otoritas di Gaza mengatakan lebih dari 2.700 warga Palestina melakukan isolasi diri di rumah, kebanyakan mereka yang baru kembali dari Mesir.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Ilusi

Teknisi membantu guru yang melakukan siaran di sebuah stasiun radio pendidikan di Jalur Gaza, Palestina, Minggu (15/3/2020). Di tengah kebijakan isolasi untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19, guru di Jalur Gaza menyampaikan materi pelajaran melalui siaran radio. (MOHAMMED ABED/AFP)

Kepala WHO Palestina, Gerald Rockenschaub, pekan ini menyampaikan kepada AFP, pembatasan Israel dan ketegangan politik telah menyebabkan fasilitas kesehatan di Gaza memburuk dalam satu dekade terakhir.

Gaza hanya memiliki 60 tempat tidur ICU untuk 2 juta orang dan tidak semua beroperasi karena kekurangan tenaga medis.

Dalam merespons pandemi, Israel mengumumkan penambahan persediaan peralatan medis ke Gaza, termasuk ratusan alat tes Covid-19 yang dikirim pekan ini.

Otoritas Hamas juga sedang membangun 1.000 lebih ruangan isolasi baru di dekat Rafah, yang berbatasan dengan Mesir.

Direktur Gaza dari badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA, Matthias Schmale, mengatakan kepada AFP pekan ini bahwa menjadi sebuah ilusi dapat mengatasi pandemi di wilayah tertutup seperti Gaza.

"Semua yang saya dengar adalah jika wabah mencapai tingkat di mana Anda membutuhkan lebih dari 60 tempat tidur ICU untuk dirawat, itu akan menjadi semakin sulit dan bisa berubah menjadi bencana dengan proporsi yang sangat besar," katanya.

Warga Palestina yang menderita kanker dan penyakit serius lainnya diizinkan meninggalkan Gaza melalui Israel untuk berobat di negara Yahudi itu atau di Tepi Barat yang diduduki.

Masih belum jelas apakah Israel, yang telah memberlakukan pembatasan ketat terhadap warganya sendiri sebagai tanggapan terhadap pandemi, akan memungkinkan pasien virus corona yang sakit parah dipindahkan dari Jalur Gaza.

 

Reporter: Hari Ariyanti

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya