Erick Thohir Soal Buyback Saham: Jika Asing Tak Percaya, Kita Bisa Jalan Sendiri

Pihak asing mempermasalahkan soal kelapa sawit, namun ternyata kebijakan B30 dapat mendorong industri sawit dan membuktikan Indonesia bisa mandiri.

oleh Athika Rahma diperbarui 11 Mar 2020, 17:35 WIB
Menteri BUMN, Erick Thohir memberikan paparan dalam rapat dengan Panitia Kerja (Panja) DPR RI untuk skandal di PT Asuransi Jiwasraya (Persero), di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (29/1/2020). Erick Thohir diundang untuk membahas penyelesaian sengkarut Jiwasraya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menanggapi soal pembelian kembali atau buyback saham 12 perusahaan BUMN di tengah kondisi pasar yang tidak stabil.

Dirinya berujar, jika pihak asing tidak percaya pada kinerja industri saat ini, maka buyback akan dilakukan oleh BUMN untuk memperbaiki kondisi tersebut.

"Buyback ini ada 2, ketika asing tidak percaya, ya kita jalan sendiri. Kita punya market yang besar, seperti kelapa sawit," kata Erick di Jakarta Pusat, Rabu (11/03/2020).

Dirinya melanjutkan, masalah kelapa sawit teratasi dengan dikembangkannya Biodesel 30 persen (B30). Pihak asing mempermasalahkan soal kelapa sawit, namun ternyata kebijakan B30 dapat mendorong industri sawit dan membuktikan Indonesia bisa mandiri.

"Terbukti dengan B30 industri kelapa sawit menjadi baik. Kalau kita bisa lakukan yang terbaik buat kita ya nggak usah, itu fungsinya. Toh kita melakukan penetrasi market yang kemarin juga membaik, kalau mereka nggak percaya, ya, kita lakukan sendiri," kata Erick.

Lebih lanjut, pihaknya juga berupaya memastikan pemberian dividen kepada pemegang saham dapat terlaksana dengan baik.

"Pemegang saham kalau ada kepastian dividen, itu juga bagus, makanya kita pastikan BUMN ini yang sudah go public untuk membagi dividen. Ini yang sehat, yang enggak sehat tutup aja, biar win-win, negara dan pemegang saham sama-sama dapat dividen," kata Erick.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Wamen BUMN: Buyback dengan Melihat Kondisi Likuiditas BUMN

Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan langkah buyback saham BUMN dengan melihat kondisi likuiditas perusahaan.

Hal tersebut dia sampaikan saat mendampingi Menteri BUMN Erick Thohir yang melakukan kunjungan kerja ke Rumah Sakit Pertamina Bina Medika IHC di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).

"Tergantung likuiditas (buyback saham), secara proporsi memang perbankan lebih besar karena besar dananya," kata Tiko, sapaan akrabnya, kepada wartawan. 

Sebelumnya, Erick Thohir memerintahkan BUMN di sektor perbankan, konstruksi dan pertambangan untuk melakukan buyback saham (pembelian saham kembali) akibat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jeblok hingga 7 persen.

Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga menyatakan, ada 12 BUMN yang diperintahkan melakukan buyback saham.

"Dari perbankan, ada PT BRI Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT BNI Tbk dan PT BTN Tbk. Dari konstruksi, ada PT Wijaya Karya Tbk, PT Adi Karya Tbk, PT PP Tbk, PT Jasa Marga Tbk, dan PT Waskita Karya Tbk," ujar Arya di Kementerian BUMN, Selasa (10/03/2020).

Lalu untuk sektor pertambangan, ada PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, PT Bukit Asam Tbk dan PT Timah Tbk. Adapun, nilai dari buyback tersebut ialah Rp 7 triliun hingga Rp 8 triliun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya