60 Persen Tenaga Kesehatan di Dunia adalah Perempuan, Kesenjangan Masih Terjadi

Meski 60 persen tenaga kesehatan di dunia adalah perempuan, namun di antara mereka, masih ada kesenjangan terkait kesejahteraan dan kapasitas dalam memberikan pelayanan kesehatan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Mar 2020, 15:00 WIB
Ilustrasi dokter perempuan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Meski 60 persen tenaga kesehatan di dunia adalah perempuan, namun masih ada kesenjangan terhadap mereka. Situasi tersebut terjadi bukan hanya di Indonesia namun juga di banyak negara di dunia.

World Health Organization (WHO) sendiri pada tahun ini menyoroti situasi yang dialami oleh banyak tenaga kesehatan perempuan di seluruh dunia.

"Dari tingkat keekonomian bukannya belum makmur, tetapi masih ada gap disana sini. Jadi kalau misalnya di nakes (tenaga kesehatan) perempuan di negara maju dia akan lebih terjamin dari sudut kapasitas, pendidikan, dan penghasilan," kata Penasehat Gender dan Pemuda untuk WHO ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Kamis (3/10/2020).

"Sementara banyak nakes perempuan di banyak negara di seluruh dunia masih belum terjamin kesejahteraan dan ekonominya. Masih banyak yang masuk di sektor informal," kata Diah di kantor Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI).

Pada sektor-sektor informal inilah, banyak tenaga kesehatan perempuan yang mengerjakan berbagai hal di komunitasnya namun tidak dibayar dengan sepantasnya.

"Kalau di kita mungkin contohnya kader kesehatan. Itu kan juga masuk dalam sektor informal sehingga kesejahteraannya, kemampuan, dan kapasitasnya untuk memberikan layanan kesehatan masih belum terlalu cukup," kata perempuan yang juga pendiri CISDI ini.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Berikan Fokus Ekstra pada Kesehatan dan Nakes Perempuan

Ilustrasi dokter perempuan (iStockphoto)

 Diah mengatakan, bahwa tahun ini merupakan peringatan 25 tahun Beijing Platform for Action yang menggaris bawahi kesehatan perempuan.

"25 tahun sampai sekarang kompleksitas perkembangan kesehatan perempuan itu berkembang jauh sehingga bukan hanya kesehatan perempuan tetapi juga kita harus melihat gender secara keseluruhan sebagai sebuah konstruksi sosial dan di dalamnya, perempuan adalah kelompok populasi yang rentan," kata Diah.

"Maka tahun ini, memang ada fokus ekstra kepada perempuan, tenaga kesehatan perempuan, di dunia kesehatan perempuan."

Selain itu, WHO juga tahun ini memberikan perhatian ekstra khususnya pada perawat dan bidan. Diah mengatakan, mereka adalah orang-orang yang terdepan dalam dunia kesehatan.

"Kalau perawat dalam konteks darurat kesehatan mereka yang melayani dan merawat pasien setiap hari, memberikan obat dan lain-lain, memastikan tata laksana medis berjalan dengan baik. Sementara bidan, angka kematian ibu masih tinggi, bidan menjadi garda terdepan untuk menurunkan angka kematian ibu," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya