Google Docs Bakal Tampilkan Jumlah Kata saat Mengetik

Google menyebut kemampuan penghitungan kata di G Suite ini akan mulai digulirkan untuk pengguna mulai bulan Oktober mendatang.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 11 Sep 2019, 09:30 WIB
Google Docs. Ilustrasi: Tech Radar

Liputan6.com, Jakarta - Google akan menghadirkan kemampuan penghitungan jumlah kata yang diketik di Google Docs. Sejauh ini, jika pengguna Google Docs ingin mengetahui jumlah kata yang diketik, pengguna harus melakukan seleksi melalui menu drop down.

Caranya dengan membuka opsi Tools > Word Count. Mengutip laman The Verge, Rabu (11/9/2019), mulai pekan ini konsumen G Suite (Google Docs untuk bisnis) bisa mengaktifkan fitur penghitung kata.

Dengan begitu, pengguna bisa melihat berapa jumlah kata yang tengah diketik dalam sebuah dokumen.

"Kami telah mendengar bahwa kehadiran penghitungan jumlah kata ini bermanfaat bagi pengguna yang mengerjakan dokumen dengan jumlah kata minimum atau maksimum," tulis Google.

Google menyebut, kemampuan penghitungan kata di G Suite ini akan mulai digulirkan untuk pengguna pada bulan Oktober mendatang. Banyak pengguna yang mengharapkan, fitur ini akan dihadirkan untuk semua pengguna Google Docs.

2 dari 3 halaman

Microsoft Setop Pakai Produk Google Docs

Pengguna Google Docs kini dapat mengatur dan mengubah sebuah dokumen menggunakan perintah suara. (Foto: Spanning)

Diwartakan sebelumnya, Microsoft dikabarkan telah mengirimkan memo internal kepada karyawannya. Dalam memo internal yang dikirim perusahaan, Microsoft disebut-sebut mengajak karyawannya untuk tak lagi memakai produk-produk milik kompetitor.

Mengutip Softpedia, Selasa (25/6/2019), sejumlah produk kompetitor yang disarankan untuk tidak lagi dipakai adalah milik Google dan Amazon.

Microsoft juga telah memblokir beberapa nama produk milik perusahaan lain. Antara lain adalah Slack Free, Slack Sandard, dan Slack Plus.

Tidak hanya itu, perusahaan software terkemuka itu juga tidak menyarankan penggunaan produk Amazon Web Service dan Google Docs.

Belum cukup sampai di sana, Microsoft juga melarang penggunaan GitHub untuk pengiriman informasi atau kode yang sangat rahasia.

Penggunaan Grammarly pun dilarang sepenuhnya. Sekadar informasi, Grammarly merupakan software untuk memeriksa tata bahasa dan ejaan untuk menganalisis kerapian teks yang diketik.

Jika dilihat mungkin Microsoft terkesan ogah dengan produk milik perusahaan pesaing. Namun, Microsoft menyebut, anjuran untuk tak memakai produk milik pesaing dilakukan karena masalah keamanan.

3 dari 3 halaman

Gara-Gara Masalah Keamanan

Ilustrasi peretasan sistem komputer. (Sumber Pixabay)

Microsoft dalam memo internalnya menyebut, masalah keamanan dalam berbagai produk milik pesaing itu bisa membongkar informasi rahasia.

"Inilah alasan utama karyawan harus menggunakan solusi milik Microsoft seperti Teams dan alternatif lain yang tersedia," kata Microsoft dalam memonya.

Lebih lanjut, Microsoft menyebutkan bahwa produk Slack seperti yang disebutkan di atas, tidak menyediakan kontrol yang memadahi untuk melindungi Microsoft Intellectual Property (IP).

"Pengguna yang ada di solusi ini harus memigrasikan riwayat obrolan dan file yang terkait dengan bisnis Microsoft ke Microsoft Teams," kata perusahaan.

Dijelaskan, Microsoft Teams menawarkan fitur yang sama dan aplikasi Office 365 yang terintegrasi, fungsi panggilan dan meeting.

"Versi Slack Enterprise Grid mematuhi persyaratan keamanan Microsoft, namun kami lebih mendorong penggunaan Microsoft Teams ketimbang perangkat lunak lainnya.

(Tin/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya