Ramalan Morgan Stanley Jika Jokowi Menang 2 Periode

Bagaimana kebijakan ekonomi ke depan? Berikut ramalan Morgan Stanley.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Apr 2019, 14:47 WIB
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi memberi paparannya dalam debat kedua Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2). Debat dipimpin oleh Tommy Tjokro dan Anisha Dasuki. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo diproyeksikan menjuarai pilpres 2019. Pihak asing pun mulai meramalkan apa yang akan Jokowi lakukan di periode kedua. Salah satunya adalah naiknya ekonomi.

Morgan Stanley pun melihat hasil pemilu menghilangkan ketidakpastian soal berlanjutnya kebijakan. Pasalnya, Jokowi dipandang akan terus berpegang pada kebijakannya di periode pertama.

"Pada periode pertama Jokowi, progres dibuat di sejumlah area, yakni pengembangan infrastruktur, reformasi fiskal, peningkatan dalam kemudahan berbisnis, dan langkah sosial untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan," tulis Morgan Stanley.

Terkait ekonomi, Morgan Stanley yakin pertumbuhan ekonomi akan naik sedikit menjadi 5,3 persen. Ini berbeda dari ekonomi global yang cenderung melemah berdasarkan proyeksi IMF.

Dalam hal kebijakan, Morgan Stanley menulis ada empat yang akan menjadi prioritas Jokowi di periode kedua:

1. Industrialisasi lewat pengembangan zona ekonomi khusus dan zona industri

2. Melanjutkan reformasi fiskal untuk meningkatkan persaingan ekonomi dan menambah efisiensi dan kemudahan berbisnis

3. Akselerasi pengembangan infrastruktur untuk menumbuhkan pusat-pusat ekonomi terbaru dan zona ekonoi dan industri khusus

4. Fokus pada reformasi instutsi seperti memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan memperkenalkan strategi anti-korupsi nasional, juga menambah kerja sama di antara institusi pemerintah.

2 dari 3 halaman

Perlu Reformasi Struktural 2.0

Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Ibu Negara Iriana, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berpose saat meninjau Jembatan Kalikuto di Kendal, Jawa Tengah, Kamis (20/12). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Seperti dijelaskan sebelumnya, Morgan Stanley yakin ekonomi Indonesia bisa bertumbuh di tahun 2019 yang notabene dipandang kelam oleh Bank Dunia dan IMF.

Tetapi, Morgan Stanley mengingatkan Indonesia perlu melakukan mengambl kebijakan yang disebut reformasi struktural 2.0.

 

Berikut masukan dari Morgan Stanley agar pertumbuhan Indonesia tetap terjaga: 

1. Tingkatkan produktivitas di sektor non-komoditas.

2. Memastikan sumber daya digunakan di area-area produktif seperti infrastruktur dan edukasi agar Indonesia tak terlalu bergantung pada komoditas.

3. Perhatikan regulasi pasar tenaga kerja agar pertumbuhan upah konsisten dengan pertumbuhan produktivitas.

4. Meningkatkan lanskap investasi agar Foreign Direct Investmen (FDI). Yang penting adalah meningkatkan FDI produktif di sektor non-komoditas agar mengangkap potensi pertumbuhan Indonesia.

3 dari 3 halaman

Sri Mulyani Sebut Investasi Bakal Lebih Banyak Masuk Usai Pilpres 2019

Sri Mulyani pada rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali. Dok: am2018bali.go.id

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menyambut positif hasil penghitungan sementara pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan presiden  (Pilpres) periode 2019-2024.

Hal ini karena langsung direspons positif oleh pasar. Ia menuturkan, selama ini, sejak awal tahun hingga pelaksanaan Pilpres, sebagian investor masih bersikap wait and see. Situasi politik di Indonesia menjadi salah satu yang diamati para pemilik dana.

"Artinya dari sisi market melihat, makanya ekspektasi munculnya capital in-flow. Wait and seeyang dianggap menjadi salah satu faktor yang mengurangi daya investasi di Indonesia itu sekarang dianggap tidak ada," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Kamis (18/4/2019).

Dengan kredibilitas APBN 2019 yang saat ini dilaksanakan, Sri Mulyani yakin akan menambah keyakinan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Pemerintah juga tengah menyusun RAPBN 2020.

"Yang paling penting sekarang untuk fokus bagaimana mengkomunikasikan mengenai arah kebijakan," Sri Mulyani menambahkan.

"Selain itu penyelesaian tentang pengumuman secara resmi dan kita tetap menjaga stabilitas ekonomi di Indonesia," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya