Startup Kesehatan Halodoc Raih Kucuran Rp 919 Miliar dari UOB dan SingTel

Startup yang bergerak di bidang kesehatan ini berencana menggunaan pendanaan terbarunya untuk terus mengembangkan teknologi dan infrastruktur mereka.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 05 Mar 2019, 14:00 WIB
Ilustrasi Dokter (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Startup asal Indonesia Halodoc mendapatkan pendanaan sebesar USD 65 juta atau setara Rp 919 miliar dalam pendanaan seri B yang dipimpin UOB Venture Management.

Sebagaimana dikutip dari Tech In Asia, Selasa (5/3/2019), sejumlah investor lain yang ikut serta dalam pendanaan ini adalah SingTel Innov8, Korea Investment Partners, WuXi Apptec, bersama sejumlah investor lainnya.

Startup yang bergerak di bidang kesehatan ini berencana menggunaan pendanaan terbarunya untuk terus mengembangkan teknologi dan infrastruktur mereka.

Selain itu, Halodoc juga akan menggunakan dana tersebut untuk meningkatkan kemitraan dengan sejumlah rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan lain di Indonesia.

Sekadar informasi, Halodoc didirikan pada 2016. Startup ini memungkinkan para penggunanya untuk bertanya dan konsultasi secara langsung dengan lebih dari 20 ribu dokter berlisensi di Indonesia.

Halodoc kini juga telah bermitra dengan lebih dari 1.300 apotek, sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan tes laboratorium atau pemesanan obat dari rumah dengan lama pegiriman satu jam.

2 dari 2 halaman

Gojek Investor Halodoc

Petugas kesehatan melayani para peserta pengobatan gratis yang diadakn oleh halodoc, Jakarta, Rabu (06/09). Program merupakan bagian dari kampanye Indonesia sehat yang dilakukan oleh halodoc. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, startup ini mendapatkan pendanaan dari investor Singapura Clermont dan Openspace Ventues.

Bukan hanya itu, startup unicorn Indonesia Gojek juga menyuntikkan dana ke Halodoc sekaligus menjadi mitra strategis mereka.

Pada 2017, Gojek menutup layanan pengiriman obat Go-Med dan langsung mengarahkan pengguna untuk memesan obat melalui Halodoc.

Berdasarkan Frost & Sullivan, pada 2019 ini, industri kesehatan di Indonesia diperkirakan memiliki potensi hingga USD 21 miliar.

(Tin/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya