Astra International Raup Laba Rp 21,67 Triliun Sepanjang 2018

Bisnis otomotif Astra Group mencatatkan penurunan capaian laba bersih 4 persen menjadi Rp 8,51 triliun.

oleh Bawono Yadika diperbarui 27 Feb 2019, 20:36 WIB
Istri pendiri PT Astra International Tbk William Soeryadjaya, Lily Soeryadjaya (kiri) dan Presiden Direktur Prijono Sugiarto foto bersama usai membuka patung William Soeryadjaya di Menara Astra, Jakarta (20/2). (Liputan6.com/HO/Ilham)

Liputan6.com, Jakarta - PT Astra Internasional Tbk (ASII) membukukan laba sebesar Rp 21,67 triliun. Laba ini naik 15 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) dibandingkan 2017 sebesar Rp 18,85 triliun.

Berdasarkan keterangan resmi perseroan yang diterima Liputan6.com, Rabu (27/2/2018), peningkatan laba ditopang oleh peningkatan pendapatan perseroan yang juga mengalami kenaikan sebesar 16 persen.

Pada tahun 2017 pendapatan perusahaan berkode emiten ASII ini tercatat Rp 206,06 triliun. Sedangkan pada 2018 pendapatan perseroan mengalami peningkatan menjadi Rp 239,21 triliun.

"Laba bersih grup meningkat pada tahun 2018, disebabkan peningkatan kontribusi (pendapatan) dari segmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, serta segmen bisnis jasa keuangan, yang kenaikannya melebihi dari penurunan kontribusi segmen agribisnis dan bisnis otomotif," tutur Presiden Direktur Astra Internasional Prijono Sugiarto di Jakarta.

Dalam laporan Astra Group mengungkapkan bisnis otomotif Astra Group mencatatkan penurunan capaian laba bersih 4 persen menjadi Rp 8,51 triliun dari sebelumnya Rp 8,86 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan margin operasi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Agribisnis

Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto memberikan sambutan pada acara Grand Launching Menara Astra di Jakarta (20/2). (Liputan6.com/HO/Ilham)

Kemudian, di bidang agribisnis Astra Group mencatatkan laba bersih anak usahanya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih sebesar 27 persen menjadi Rp 1,4 triliun.

Penurunan kinerja ini disebabkan oleh penurunan harga minyak kelapa sawit sebesar 12 persen menjadi Rp 7.275 per kg dibandingkan dengan rata-ratapada tahun 2017.

Penurunan tersebut belum dapat diimbangi oleh kenaikan volumepenjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya sebesar 30 persen menjadi 2,3 juta ton.

"Grup telah mencapai kinerja yang baik pada tahun 2018, tetapi situasi bisnis tahun 2019 tampaknya lebih menantang karena ketidakpastian kondisi makro ekonomi, pasar mobil yang sangat kompetitif dan penurunan harga komoditas," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya