Sertu Hendra Lawan Lumpur Pantai Tanjung untuk Temukan FDR Lion Air

Ketika matanya tak melihat benda berwarna oranye yang menjadi salah satu kunci untuk membongkar peristiwa kecelakaan Lion Air JT 610, dia segera menggali lumpur yang ada dasar laut.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2018, 16:45 WIB
Kotak penyimpan berisi bagian dari kotak hitam (black box) pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 terlihat setelah diambil dari perairan Karawang, Jawa Barat (1/11). (AFP Photo/Malekiano)

Liputan6.com, Jakarta - Bunyi "Ping" yang terdengar dari alat Remote Operated Vehicle (ROV) di Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), menjadi acuan penyelam untuk mencari black box Lion Air yang jatuh di perairan Karawang. 

Sersan Satu Hendra, anggota tim Taifib Amfibi TNI Angkatan Laut, salah satu penyelam yang menembus perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, hari itu. 

Ketika matanya tak melihat benda berwarna oranye yang menjadi salah satu kunci untuk membongkar peristiwa kecelakaan Lion Air nomor penerbangan JT 610, Senin, 29 Oktober 2018, dia pun segera menggali lumpur yang ada dasar laut. Terlebih, bunyi "ping" dari ROV memang menunjukkan ping locator tertanam di lumpur.

Bukan perkara mudah. Tebalnya lumpur yang menyelimuti dasar perairan tersebut tak menyurutkan niatnya menemukan black box Lion Air rute Jakarta-Pangkalpinang itu. Arus bawah laut Perairan Tanjung Pakis saat itu pun sedang deras.

Namun, kegigihannya membawa hasil. Flight Data Recorder (FDR) yang menjadi bagian dari black box ditemukan. 

Sertu Hendra, penyelam TNI AL yang menemukan black box Lion Air (Merdeka.com/Intan)

"Menurut keterangan dia, ping (locator) tertanam di lumpur. Karena kegigihan dia membongkar lumpur dan dimukan," kata Panglima Armada I, Laksamana Muda TNI Yudo Margono di atas KRI Torani yang berlabuh di Posko Taktis Kecelakaan Lion Air JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (2/11/2018).

Dia mengatakan, kemampuan anggota TNI AL dalam melakukan tugas sulit memang tidak perlu diragukan lagi. Mereka terbiasa dengan tugas dan latihan di alam yang sulit. Terlebih, TNI AL didukung dengan alat yang mumpuni.

"Jadi jangan ragukan kami dalam SAR. Kami memiliki kekuatan profesional baik di atas maupun di dalam air. Kita juga perlu koordinasi dan pengendalian yang baik dari semua lembaga ini sehingga perlu hasil yang maksimal. Kita laksanakan pencarian sampai ketemu," tutur Yudo.

"Alat-alat yang kita punya kita kerahkan semu termasuk chamber yang disiapkan di KRI Banda Aceh jika ada terjadi sesuatu pada penyelam bisa ditangani masuk ke situ," tambah dia. 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Fokus Cari CVR

Menteri Perhubungan Budi Karya didampingi Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono melihat Black Box atau kotak hitam pesawat Lion Air JT 610 di posko evakuasi JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (1/11). (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Kini, TNI Angkatan Laut dan anggota tim SAR gabungan kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 lainnya fokus mencari Cockpit Voice Recorder (CVR) yang juga menjadi bagian dari black box pesawat.

Menurut dia, memang ada sejumlah kendala dalam melakukan pencarian black box dan badan pesawat Lion Air. Tim SAR gabungan membutuhkan waktu untuk melawan derasnya arus bawah laut dan lumpur di dasarnya.

Namun, tim SAR dari TNI AL berusaha maksimal dengan mengerahkan 450 personel TNI AL dan 155 penyelam dari tujuh kapal perang dan delapan sea rider dari Taifib dan Kopaska. Mereka fokus di wilayah saat menemukan FDR.

"Mereka dibagi dalam titik-titik yang sudah ditentukan, tentunya dalam penyelaman mereka dibagi-bagi dalam bentuk tim, sehingga mulai pagi sampai malam mereka melaksanakan evakuasi," kata Yudo. 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya