Nenek Suka Mendramatisasi Sesuatu, Bisakah Menular ke Cucu?

Seberapa besar pengaruh pengasuhan nenek terhadap cucunya.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 03 Okt 2018, 15:00 WIB
Nenek SUka Menyebar Hoaks, Belum Tentu Cucunya Melakukan Hal yang Sama (Foto: iStock)

Liputan6.com, Jakarta Psikolog anak Ratih Zulhaqqi mengatakan, salah satu dampak menitipkan anak ke orangtua, adalah menularnya sifat jelek yang dimiliki sang kakek atau nenek pada cucu.

Kalau ditanya seberapa besar pengaruh pengasuhan seorang nenek atau kakek, kata Ratih, dipastikan dulu seberapa lekat cucu dengan nenek dan kakeknya, juga seberapa dominan si nenek dan kakek terhadap cucunya.

"Kalau semakin dominan dan semakin lekat, pasti akan berpengaruh," kata Ratih. "Minimal mewarisi karakter dasar si neneknya," kata dia menambahkan saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Rabu, 3 Oktober 2018.

Pengasuhan seorang anak di Indonesia, kata Ratih, masih dilakukan oleh tiga generasi. Selalu ada campur tangan nenek dan kakek, yang sedikit banyak berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan cucunya. Apalagi jika sehari-hari, nenek harus menjadi baby sitter buah hati dari anaknya yang sibuk bekerja.

"Misal, nenek adalah orang ekspresif, anak atau cucu akan belajar untuk lebih ekspresif karena terbiasa melihat seperti itu," kata Ratih.

Sebab, dunia parenting masih menganut pepatah lama, yaitu childreen see childreen do. Si Kecil akan melakukan apa yang mereka lihat.

Sehingga, apabila nenek atau kakeknya memiliki perilaku negatif, seperti suka menyebar berita bohong atau senang mendramatisasi suatu keadaan, tidak menutup kemungkinan cucu pun akan melakukan hal yang serupa.

"Suka menyebar hoaks dan segala macamnya bisa dibilang sebagai provokator. Mungkin, ada karakter dasar yang emosional di situ," kata Ratih.

 

Simak Video Menarik Berikut Ini

2 dari 3 halaman

Emosi Seorang Provokator

Ilustrasi Orang Marah (iStockphoto)​

Menurut Ratih, tidak ada provokator yang tidak emosional karena mereka harus berperan seemosional mungkin agar "drama" yang mereka ciptakan diterima oleh orang lain.

"Dan kalau nanti cucunya sudah paham akan hal itu dan si nenek sangat dominan dan sangat dekat, mungkin saja bisa, sih," kata Ratih.

"Dia bisa menggunakan cara seperti itu untuk problem solving," kata dia menambahkan.

 

3 dari 3 halaman

Karakter Orangtua

Bagaimana orangtua harus merespons saat anak berbuat salah? (Ilustrasi/iStockphoto)

Akan tetapi kalau nenek atau kakek tidak terlibat dalam pengasuhan serta tidak terlalu lekat juga, hanya sesekali bertemu, belum tentu sikap dan kebiasaannya diserap oleh cucu.

"Jadi, yang mendasar adalah karakter orangtua," kata Ratih.

"Ya, risikonya titipin sama nenek, ya seperti ini. Mau tidak mau kita memang harus terima anak kita diapakan saja," katanya.

Sebab, pada dasarnya, baik nenek maupun kakek tidak untuk mengurus cucu.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya