Menko Darmin: Hasil Strategi Penguatan Rupiah Butuh Waktu

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, langkah yang diambil pemerintah tangani rupiah butuh waktu.

oleh Merdeka.com diperbarui 05 Sep 2018, 17:27 WIB
Menko Perekonomian Darmin Nasution bersama sejumlah menteri memberi keterangan pers RAPBN 2019 di Media Center Asian Games, Jakarta, Kamis (16/8). Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan perhatian utama pada 2019. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan tidak berpangku tangan hadapi kondisi nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, langkah yang diambil pemerintah dampaknya tidak akan langsung terasa. Perlu waktu hingga akhirnya kebijakan yang diambil berdampak positif pada kondisi nilai tukar rupiah.

"Sebenarnya kami tahu dari awal situasinya adalah memang harus dilakukan langkah-langkah dan sudah dilakukan. Realisasinya memang tidak secepat yang diharapkan," kata Darmin di Gedung DPR RI, Rabu (5/9/2018).

Darmin mengungkapkan, beberapa upaya tersebut salah satunya adalah terkait kemudahan perizinan. Hal tersebut diklaim dapat meningkatkan iklim investasi di tanah air.

"Saat kami launching OSS, message-nya mau mendorong investasi dan ekspor secepat-cepatnya. Sehingga kami menciptakan perizinan yang paling sederhana. Memang (yang mengajukan izin) sampai 1.000 per hari, tapi investasinya kapan masuk ke sini? Perlu waktu artinya," ujar dia.

Tidak hanya itu saja, dia juga menceritakan mengenai bagaimana pemerintah RI telah memberi banyak kemudahan dan kelonggaran dalam hal perpajakan.

"Kami merancang insentif fiskal, tax allowance, tax holiday, mini tax holiday, PPh Final untuk UMKM, super deduction. Melihat situasi itu, kemudian tekanan jalan terus, kami mencari harus yang ada sifatnya instan. Tapi seinstan-instannya tidak bisa juga menandingi pergerakan harian," ujar dia.

Dari sektor energi, pemerintah juga telah membuat kebijakan baru dengan pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2018 yang mengatur pemberian insentif pada minyak kelapa sawit (biodiesel) yang dicampur seluruh jenis solar, untuk menjalankan program campuran 20 persen Biodiesel dengan solar (B20).

Hal tersebut bertujuan untuk  menyehatkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) sebab dapat menekan impor.

"Sehingga diputuskan B20. B20 itu sudah bergerak, tapi secepat-cepatnya bergerak, respons di pasar tidak kalah cepatnya. Artinya perlu waktu," kata dia.

Darmin meyakinkan, ke depan, kondisi nilai tukar rupiah akan semakin stabil dengan semua langkah-langkah yang sudah diambil tersebut.

"Kami percaya hari-hari ini, kurs bisa lebih tenang dibanding kemarin-kemarin. Karena kami memang melakukan langkah-langkah. Seperti apa hasilnya B20 itu? Kalau tidak ada hambatan, bisa saja ada hambatannya, tapi kami pantau terus tiap minggu," ujar Darmin.

"Kami berharap bisa menghambat impor BBM, khususnya solar, karena dicampur 20 persen CPO. Tadinya hanya PSO, sekarang termasuk non PSO. Barangkali PSO-nya 49 persen, non PSO-nya 51 persen. Kami perkirakan sampai akhir tahun akan ada penghematan dari impor solar," tutur dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

Pemerintah Akui Sulit Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4 Persen

Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengakui, target pertumbuhan ekonomi 2018 akan sulit tercapai.

Darmin Nasution mengungkapkan, pesimisme tersebut muncul akibat kondisi ekonomi global yang tengah bergejolak.

"Kita sadar betul bahwa ekonomi dunia memang bergejolak, oleh karena itu kenaikannya pertumbuhan ekonomi itu pelan, mungkin di 2018 5,4 persen susah," kata Darmin di ruang rapat Banggar DPR RI, Jakarta, Rabu 5 September 2018.

Sebagai informasi, target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4 persen.

Darmin memaparkan capaian hingga kuartal II 2018 memang cukup baik namun laju pertumbuhannya masih pelan. Dia meramalkan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun berada di angka 5,3 persen.

"Kuartal-II pertumbuhan kita baik 5,27 persen. Tapi sampai akhir tahun kalau sudah 5,3 persen, bagus, tapi 5,2 rasanya masih OK," ujar dia.

Darmin mengatakan, tahun depan ekonomi global masih belum stabil. Oleh sebab itu dia prediksi pertumbuhan ekonomi 2019 berada di kisaran 5,3 persen.

"Tahun depan pemerintah merencanakn pertumbuhan 5,3 karena ekonomi dunia tetap belum pulih, bahkan beberapa bulan terakhir sejak Amerika mulai melakukan tekanan ke sana kemari dan melakulan perang dagang maka terjadi tambahan gejolak perekonomian dunia," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya