Buruknya Udara Jakarta Bikin Performa Atlet Asian Games Loyo?

Kualitas udara di beberapa wilayah DKI Jakarta belum sehat, apakah pengaruhi performa atlet Asian Games 2018?

oleh Benedikta Desideria diperbarui 03 Agu 2018, 18:00 WIB
Suasana di luar Jakarta International Velodrome, Rawamangun, Jakarta, Senin (9/7). Pembangunan Velodrome Rawamangun telah mencapai 100 persen dan siap digunakan untuk arena balap sepeda dalam perhelatan Asian Games 2018. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

 

Liputan6.com, Jakarta Sekitar dua minggu lagi, perhelatan olahraga terbesar di Asia, Asian Games digelar. Namun, kualitas udara di beberapa wilayah DKI Jakarta belum sehat.

Berdasarkan pemantauan Greenpeace Indonesia, di Rawamangun, Jakarta Timur, pada Kamis, 2 Agustus 2018 sekitar pukul 11.00 - 13.00 menunjukkan kualitas udara sekitar 90-120 mikrogram/m3 dengan parameter particulate matter (PM) 2,5.

"Itu sudah masuk kondisi air quality index tidak sehat, sudah melebihi standar nasional (65mikrogram/m3)," kata juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu.

Padahal, pertandingan bisbol dan balap sepeda Asian Games 2018 digelar di kawasan Rawamangun.

Sementara itu, data BMKG di sekitar area Kemayoran Jakarta Pusat di tanggal yang sama pukul 13.00, menunjukkan kualitas udara PM 2,5 di atas 100 mikrogram/m3.

 

2 dari 2 halaman

Performa atlet Asian Games 2018

Sejumlah atlet bersiap latihan di Jakarta International Velodrome, Rawamangun, Jakarta, Senin (9/7). Arena balap sepeda yang dibangun dengan dana APBD DKI sebesar Rp 665 miliar mampu menampung sekitar 3.000 penonton. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Lalu, mengenai kondisi udara beberapa wilayah DKI Jakarta yang tidak sehat, apakah pengaruhi performa atlet Asian Games 2018?

"Tergantung daya tahan tubuh masing-masing. Udara polutan itu akan lebih berpengaruh pada orang yang sensitif, misalnya pada orang yang sudah punya asma atau punya alergi," katanya.

Orang-orang yang sensitif tersebut akan merasa tenggorokan jadi lebih kering, dehidrasi atau radang. Namun, kembali lagi, tergantung sensitivitas atlet terhadap polutan.

"Kalau dia terbiasa di daerah polutan, mungkin biasa. Namun, kalau dari daerah atau negara yang kondisi udaranya masih bagus, pasti dia akan merasakan 'Kok enggak enak ya'," tutur Bondan saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Jumat (3/8/2018).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya