Kisah Warga Desa di Aceh Barat Lelah Menghindar dari Terjangan Banjir Rob

Terjangan banjir rob sudah sampai di halaman rumah warga tiga desa di Aceh Barat, tapi mereka enggan untuk mengungsi.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Jul 2018, 15:33 WIB
Dua bocah bermain air saat terjadi banjir rob di jalan Yos Sudarso Semarang di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas (24/4). Banjir rob ini terjadi karena dipicu oleh salah satunya sistem drainase yang masih kurang baik. (Liputan6.com/Gholib)

Liputan6.com, Meulaboh - Banjir genangan air laut (rob) menggenangi permukiman warga Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, karena tidak adanya tanggul sebagai penahan maksimal empasan gelombang.

"Tidak ada harta benda yang rusak, tapi pasir dan sampah membuat halaman dan rumah kotor. Kejadiannya sudah sejak pagi tadi," kata salah seorang warga Desa Ujung Kalak, Intan (46), di Meulaboh, Senin, 30 Juli 2018, dilansir Antara.

Genangan air laut akibat gelombang tinggi di wilayah pesisir barat selatan Aceh sejak Senin pagi itu merendam tiga desa, di antaranya Desa Pasir, Desa Siak Indrapuri, dan Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat.

Empasan gelombang dari laut lepas Samudera Hindia-Indonesia itu juga menyebabkan genangan air laut hingga menutupi badan jalan di permukiman warga dekat pantai.

"Sejak pukul 08.00 WIB, air mulai memasuki rumah. Air laut juga menggenangi halaman rumah penduduk pinggiran pantai. Mungkin karena kerasnya empasan gelombang yang melewati tembok penahan gelombang," sebutnya lagi.

Ia mengatakan, meskipun air laut sudah menggenangi halaman rumah penduduk pesisir pantai, belum ada warga yang mengungsi. Warga setempat mengaku sudah lelah terus menghindar.

Intan menyampaikan, gelombang pasang biasanya terjadi pada pergantian musim. Gelombang laut tersebut terjadi pada pagi hingga sore hari.

"Kendati warga tidak mengungsi, mereka tetap waspada akan datangnya ombak susulan yang menghantam rumah di saat-saat seperti ini," jelasnya.

Ia berkata, gelombang besar sudah berlangsung hampir satu minggu terakhir. Namun, baru Senin pagi, genangan air laut sampai di halaman rumah. Bahkan pasir pun terseret gelombang menutup badan jalan.

Warga setempat terlihat sudah mulai membereskan barang isi rumah untuk diangkat ke tempat yang lebih aman. Empasan gelombang tidak dapat diduga bisa terjadi lebih besar.

"Bahkan, air sumur milik warga tidak dapat digunakan lagi karena telah bercampur dengan air laut. Tanggul goni yang berisi pasir kini juga tidak berfungsi maksimal untuk menahan banjir rob," keluh wanita itu.

Meskipun telah sering terjadi banjir rob, tidak terlihat upaya untuk membangun tanggul permanen guna mengantisipasi hal tersebut. Jika ombak terus meninggi, kemungkinan warga yang tinggal berdekatan dengan laut akan mengungsi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya