Jurus Pengusaha Bertahan di Tengah Lesunya Penjualan Ritel

Bukan sesuatu yang mudah mempertahankan bisnis di tengah merebaknya sistem penjualan barang melalui online.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Mei 2018, 21:41 WIB
Meriahkan HUT RI Ke-72, Mendag-Menpar Luncurkan Hari Belanja Diskon Indonesia (iStock Photo)

Liputan6.com, Jakarta Lesunya penjualan ritel dalam beberapa waktu belakangan membuat pengusaha harus putar otak agar tidak gulung tikar. Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin pesat harus dapat diimbangi dengan inovasi sehingga bisa tetap dapat menjalankan roda bisnis.

Managing director Sogo Indonesia, Handaka Santosa bercerita bagaimana perusahaannya dapat tetap untung saat perusahaan lain memilih menutup sebagian gerai karena tidak sanggup bertahan.

Menurutnya, ada beberapa upaya yang dilakukan untuk bertahan di tengah melemahnya daya beli masyarakat.

"Kita dalam persaingan kan tidak boleh hanya worry, takut. Makanya kita harus tingkatkan kreativitas kita dengan berkreasi. Menciptakan suatu program yang diminati customer, orang akan datang dan buktinya Sogo naik kuartal I ini hampir 15 persen," ujarnya di Hotel Ibis, Jakarta, Rabu (23/5/2018).

Handaka mengatakan, bukan sesuatu yang mudah mempertahankan bisnis di tengah merebaknya sistem penjualan barang melalui online.

Pihaknya tidak kalah akal, melalui penjualan secara online perusahaan tersebut menyediakan jasa pesan online lalu barang diperoleh di toko.

Cara ini cukup diminati, sebab barang yang ditawarkan di online umumnya tidak ada di toko lain.

"Sekarang lain lagi, ada OTO atau online to offline. Pesan online ngambilnya di toko offline. Misalnya anda order tapi mau ke airport, ya diambilnya di Sogo Central Park karena dilewatin menuju airport. Atau anda baru datang dari luar kota mau kondangan di Hotel Mulia. Anda bisa ngambil di Sogo Plaza Senayan," jelasnya.

 

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Jurus Lain

Ilustrasi berbelanja

Lebih lanjut Handaka menjelaskan, Sogo juga memberikan pelayanan kepada costumer berupa pengubahan ukuran pakaian secara langsung di tempat.

"Ketika dia beli celana misalnya, celananya kebesaran. Maka bisa langsung diubah di tempat. Bisa minta dikecilkan," jelasnya.

Untuk itu, menurut Handoko, peritel offline sebenarnya tidak perlu khawatir dengan kelangsungan usaha. Sebab, masyarakat atau costumer sebenarnya hanya perlu dipahami keinginannya dan diberikan pelayanan yang sesuai.

"Setiap orang yang mempunyai kelas tertentu, ada rasa proud, minta dilayani. Nah kita bisa melayani atau tidak, itu saja. Itu kan suatu experience bagaimana kita memanfaatkannya ini," tandasnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya