Hasil Tes DNA Kerangka Sopir Taksi Online Palembang

Hasil tes DNA kerangka tulang Tri Widiyantoro, sopir taksi online yang tewas mengenaskan di Palembang sudah keluar.

oleh Nefri Inge diperbarui 30 Apr 2018, 06:30 WIB
Foto Tri Widiyantoro semasa hidup bersama istri dan anak bungsunya, yang diposting di akun media sosial Facebook (Dok.istimewa / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Satu bulan sudah Mabes Polri mengidentifikasi perbandingan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) Tri Widiyantoro, sopir taksi online Palembang dengan DNA anaknya.

DNA sopir taksi online di Palembang yang meninggal secara tragis ini diambil dari sisa kerangka tulangnya. Polda Sumatera Selatan (Sumsel) pun sudah menerima dan mengungkap hasil tes DNA korban dan anaknya.

Menurut Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adi Negara, hasil tes DNA sudah dilaporkan oleh dokter forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang.

“Sudah keluar hasilnya dan DNA dari kerangka korban cocok dengan DNA anaknya. Itu sudah pasti (korban) adalah Tri Widiyantoro,” ujarnya kepada Liputan6.com, saat menggelar pers rilis di RS Bhayangkara Palembang, Minggu (29/4/2018).

Dalam waktu dekat, kerangka sopir taksi online yang dibunuh mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) dan tiga rekannya di Kabupaten Banyuasin Sumsel ini, akan segera diserahkan ke pihak keluarga korban.

Kapolda Sumsel juga memerintahkan anggotanya agar mengurus proses penyerahan secepatnya. Jasad korban juga akan diserahkan menggunakan peti jenasah.

"Kerangka korban kemarin memang digunakan untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan. Tapi sekarang saya perintahkan segera diserahkan ke keluarga," ujarnya.

Malwadi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Driver Online (ADO) Sumsel mengatakan, mereka sudah mendengar hasil tes DNA dari Mabes Polri. Pihak keluarga sopir taksi online tersebut juga sedang menunggu pemulangan dan penyerahan jenasah.

"Pemakamannya akhirnya dipilih di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kamboja Palembang, karena dekat dengan makam keluarga lainnya. Sebelumnya memang berencana dimakamkan di TPU Kebun Bunga Palembang, tapi tidak jadi," katanya.

 

2 dari 2 halaman

Aplikasi Panic Buttom

Sambil memeluk anak bungsunya, istri Tri Widiyantoro, sopir taksi online Palembang yang tewas mengenaskan, menangis histeris usai bertemu dengan salah satu tersangka pembunuh suaminya (Liputan6.com / Nefri Inge)

Meskipun kasus pembunuhan sadis sopir taksi online di Palembang ini terungkap, ADO Sumsel masih akan memperjuangkan aspirasinya, terutama masalah jaminan keselamatan dari pihak operator.

Pada hari Senin (30/4/2018) nanti, mereka akan difasilitasi DPRD Sumsel untuk bertemu dengan perwakilan operator transportasi online di gedung DPRD Sumsel.

"Kita akan sampaikan secara langsung, baik mengenai kenaikan tarif maupun jaminan keselamatan ojek dan sopir taksi online di Sumsel ke pihak operator," katanya.

Mereka mendorong agar pihak operator transportasi online bisa segera menyediakan aplikasi panic buttom. Untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya kasus kriminal yang sering dialami ojek dan sopir taksi online di Palembang.

ADO Sumsel juga mendapat respons, baik dari Kementrian Perhubungan (Kemenhub), terkait tuntutan penyediaan aplikasi panic buttom.

"Sekarang tidak terdengar lagi adanya kasus kriminal yang menimpa ojek dan sopir taksi online di Palembang, tapi kami tetap waspada. Kecemasan tentu masih ada, apalagi yang memesan ke perbatasan hingga luar kota, hanya kami terima di siang hari saja," ujarnya.

Malwadi terus menghimbau kepada para ojek dan sopir taksi online di Palembang, agar ikut serta dalam komunitas. Agar bisa saling bertukar informasi dan saling membantu saat terjadi potensi penyerangan saat bekerja.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya