Rupiah Tembus 13.800 per Dolar AS Jelang Akhir Pekan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran 13.768-13.832 menjelang akhir pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Apr 2018, 13:44 WIB
Petugas menunjukkan uang kertas rupiah di Bank BUMN, Jakarta, Selasa (17/4). Rupiah siang ini melemah dibandingkan tadi pukul 09.00 WIB di level Rp 13.771 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menembus level 13.800 per dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan ini. Imbal hasil surat utang atau obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun menguat 3 persen menjadi sentimen negatif.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar AS (Jisdor), Jumat (20/4/2018), rupiah berada di posisi 13.804 dari posisi Kamis, 19 April 2018 di kisaran 13.778 per dolar AS. Rupiah melemah 26 poin terhadap dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 10 poin ke posisi 13.795 pada Jumat pagi dari penutupan kemarin di kisaran 13.785. Pada Jumat siang, rupiah bergerak di kisaran 13.768-13.832 per dolar AS.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, menuturkan, pelemahan rupiah lebih didorong sentimen eksternal. Ini dipicu imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun naik ke posisi 3 persen.

David menilai, kenaikan imbal hasil surat utang AS itu karena kekhawatiran pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve yang cepat.

"Kondisi ini mirip pada Februari. Pemicunya imbal hasil surat utang AS yang sentuh 3 persen. Pelaku pasar khawatir suku bunga bank sentral AS yang cepat karena ekonomi AS yang bagus," ujar David.

Ia menambahkan, penguatan ekonomi AS dilihat dari klaim pengangguran dan nonfarm payroll. Adapun dari sentimen internal, David melihat sepi sentimen. Hal itu karena pelaku pasar sudah mengantisipasi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tetap 4,25 persen.

David menilai, posisi rupiah di 13.700-13.800 per dolar AS sedikit melemah dari kondisi fundamental, tapi pergerakannya wajar. Diperkirakan posisi rupiah 13.700-13.800 akan menjadi titik keseimbangan baru. Hal ini didorong dari kondisi ekternal AS.

"Ekspektasi inflasi naik ke depan dan juga suku bunga bank sentral AS. Level rupiah 13.700-13.800 bisa jadi titik keseimbangan baru,” kata David.

Menurut David, posisi rupiah sudah melemah sekitar 2 persen sejak awal 2018. Hal yang mengkhawatirkan apabila nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergejolak dan turunnya cepat. David menilai, kondisi itu dapat membuat pelaku usaha enggan untuk investasi dan berbisnis.

 

2 dari 2 halaman

IHSG Melemah di Sesi Pertama

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di pasar saham, IHSG melemah 34,14 poin atau 0,54 persen ke posisi 6.321,75 pada sesi I. Sebanyak 158 saham melemah sehingga menekan IHSG. Akan tetapi, 152 saham menguat dan 136 saham diam di tempat.

IHSG sempat berada di level tertinggi 6.360,31 dan terendah 6.314,20. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 229.681 kali dengan volume perdagangan 4,6 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 3,3 triliun.

Investor asing jual saham Rp 36,31 miliar di seluruh pasar. Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,31 persen dan sektor saham perdagangan menguat 0,43 persen.

Sektor saham barang konsumsi melemah 1,41 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri dan manufaktur masing-masing turun 1,13 persen.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya