Harga Minyak Bervariasi Dipicu Kondisi Pasokan

Spekulan terus bertaruh pada kenaikan harga lebih lanjut, dengan harapan adanya potensi gangguan pasokan dan penarikan lebih lanjut, didorong permintaan yang kuat.

oleh Nurmayanti diperbarui 20 Apr 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak sempat mencapai posisi tertinggi sejak 2014. Kondisi ini dipicu pembatasan pasokan minyak global yang berkelanjutan sehingga mendorong harga lebih tinggi. Meskipun pasokan minyak mentah AS yang kembali naik di sore hari membuat harga minyak negara ini ditutup lebih rendah.

Kekenyangan pasokan minyak global hampir tereleminasi. Menurut panel teknis gabungan OPEC dan non-OPEC, dua sumber yang akrab dengan masalah itu, mengatakan, sebagian berkat kesepakatan pemotongan pasokan minyak yang dipimpin OPEC sejak Januari 2017.

Melansir laman Reuters, Jumat (20/4/2018), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) di AS tercatat 18 sen lebih rendah menjadi USD 68,29 per barel setelah sebelumnya mencapai USD 69,56. Ini merupakan posisi tertinggi sejak 28 November 2014. WTI telah memperoleh kenaikan hampir 8 persen dalam delapan hari terakhir perdagangan.

Sementara minyak mentah berjangka Brent berakhir di posisi USD 73,78 per barel, naik 30 sen. Patokan minyak global menyentuh USD 74,75 per barel, tertinggi sejak 27 November 2014, di mana saat itu OPEC memutuskan untuk memompa sebanyak yang mereka bisa untuk mempertahankan pangsa pasar.

"Secara keseluruhan persamaan penawaran-permintaan cukup seimbang," kata Anthony Scott, Managing Director BTU Analytics di Denver.

Pedagang mengatakan spekulan terus bertaruh pada kenaikan harga lebih lanjut, dengan harapan adanya potensi gangguan pasokan dan penarikan lebih lanjut, didorong permintaan yang kuat.

Lebih dari 830 ribu kontrak bulan depan berpindah tangan di CME Group New York Mercantile Exchange pada hari Kamis, dibandingkan dengan rata-rata harian sekitar 615 ribu.

Investor mengincar posisi harga minyak di level USD 70 pada minyak mentah AS. Namun ini diakui akan menghadapi resistensi, terutama karena kecepatan dan besarnya laju harga baru-baru ini akan menjadi pertanda tekanan penjualan.

"Saya pikir kita bisa melihat harga minyak USD 70 cukup cepat, tetapi saya ingin mengingatkan bahwa mungkin kita akan melihat pasar sedikit naik dalam beberapa minggu," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago.

 

2 dari 2 halaman

OPEC Gelar Pertemuan

Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Organisasi Komite Bersama Negara-negara Pengekspor Minyak rencananya akan bertemu pekan ini di Jeddah. Ini setelah ditemukan jika persediaan minyak di negara-negara maju pada Maret hanya berada pada posisi 12 juta barel atau di atas rata-rata lima tahun, menurut sumber.

Namun, menteri perminyakan Oman, Mohammed bin Hamad Al Rumhi, mengatakan dia masih berpikir pasar minyak kelebihan pasokan.

Reuters melaporkan jika Arab Saudi akan senang bila minyak mentah mencapai USD 80 atau bahkan USD 100 per barel, dilihat sebagai tanda bahwa Riyadh tidak akan mencari perubahan pada perjanjian pasokan.

Dukungan terhadap harga juga bisa terjadi seiring Amerika Serikat yang akan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran, produsen terbesar ketiga minyak OPEC, yang dapat mengakibatkan pengurangan pasokan lebih lanjut.

Tonton Video Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya