Ini 4 Hukuman Paling Kejam Pemimpin Korea Utara kepada Rakyatnya

Kekejaman tirani pemerintah Korut kepada rakyatnya menimbulkan sorotan publik dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Apr 2018, 12:30 WIB
Orang-orang membungkuk ketika mereka memberi penghormatan kepada patung-patung pemimpin Korea Utara Kim Il Sung dan Kim Jong Il di Pyongyang (15/4). Mereka melakukan penghormatan untuk memperingati ulang tahun Kim Il Sung. (AFP Photo/Ed Jones)

Liputan6.com, Jakarta Nama Korea Utara, memang selalu menarik perhatian publik. Negara yang tertutup tersebut mengundang rasa penasaran yang besar dari publik luar dengan kehidupan masyarakat di sana.

Kebanyakan orang tertarik karena mendengar kebijakan kontroversial pemerintah Korut yang terdengar sering menyiksa rakyatnya. Berikut ini merupakan empat isu kekejaman pemerintah Korea Utara yang menjadi sorotan publik dunia.

1. Hukuman untuk tiga generasi

 

Ilustrasi penjara Guyana (AFP)

Hukuman ini dilakukan jika salah satu orang melanggar hukum dan dijebloskan ke penjara. Pada saat itu juga anak-anak mereka, orangtua, kakek-nenek akan dipenjarakan dengan cara mempekerjakan mereka di penjara.

Pemerintah Korea Utara akan menetapkan sampai dua generasi yang berikutnya lahir, juga harus ikut tinggal dan dipekerjakan dalam penjara. Malah sampai mati pun juga di penjara. Semua itu akan berlaku jika salah satu orang itu benar terbukti melakukan kesalahan.

2 dari 4 halaman

2. Jenazah tahanan tewas diberikan ke anjing penjaga

Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Seorang mantan tahanan Ji Hyeon A, memilih kabur dari tahanan di Korut dan membelot ke Korea Selatan. Dia menceritakan kisah yang tidak menyenangkan saat menjadi tahanan Korut dalam forum PBB yang digelar di New York. Menurutnya, para tahanan diberikan belalang liar, katak bahkan tikus sebagai makanan. Bahkan tahanan dibiarkan kelaparan.

"Dan yang paling buruk adalah saat jenazah para tahanan yang tewas karena kelaparan diberikan kepada anjing penjaga," kata Hyeon A.

Dia menggambarkan Korea Utara sebagai penjara yang mengerikan dengan pemimpinnya terus melakukan pembunuhan massal terhadap warganya. Dia pun mendesak kepada pemerintah China untuk berhenti mengirimkan warga Korea Utara kembali ke negara itu.

3 dari 4 halaman

3. Dipaksa menonton tahanan yang dieksekusi

Ilustrasi eksekusi mati (Reuters)

Seorang pembelot Hee Yeon Lim (26) memutuskan melarikan diri setelah ayahnya, tentara berpangkat kolonel, Wui Yeon Lim (51) meninggal pada 2015.

Dia menceritakan bagaimana dia dipaksa untuk menonton sebelas musisi yang dieksekusi di sebuah stadion sepakbola setelah mereka dituduh membuat film porno. Mereka, lanjutnya, digelandang, diikat, ditutupi kepalanya, dan mulutnya seperti disumpal, sehingga tidak bisa bersuara, tidak bisa memohon belas kasihan, atau menjerit.

4 dari 4 halaman

4. Pemandu sorak Korea Utara dijadikan budak seks

Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Kabar ini diutarakan oleh pembelot Lee So Yeon, mantan musikus militer Korea Utara. Dia mengatakan bahwa para penari dan penyanyi dipaksa menari striptis dan memberikan layanan seksual setiap hari bagi para pejabat elite di Politburo. Pejabat elite di Politburo meliputi pemimpin rezim, Kim Jong-un dan Presiden Kim Yong-nam.

Bahkan para atlet juga dijadikan budak. Klaim ini diungkapkan oleh pembelot lainnya, Kim Hyung-Soo. Kim mengatakan bahwa para atlet yang ikut olimpiade musim dingin juga budak.

Kim yang berusia 54 tahun membelot ke Korea Selatan tahun 2009 bersama anaknya, seorang atlet ski.

"Dalam satu kata, atlet adalah budak olahraga Kim Jong-un. Bahkan pelatihnya adalah budak Kim Jong-un, dan rezim Korea Utara. Karena di Korea Utara, Kim Jong-un dan rezimnya adalah penguasa. Para atlet dan cheerleader adalah budak Kim Jong-un dan Korea Utara," katanya.

Reporter

Fellyanda Suci Agiesta

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya