Akibat Cuaca Panas, Pepohonan di Australia Berbunga Saat Musim Gugur

Sydney, Australia mengalami cuaca panas terlama untuk April. Sejauh ini sembilan hari berturut-turut mencapai 25 derajat Celsius atau lebih.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Apr 2018, 13:01 WIB
Bunga sakura yang bermekaran terlihat di sekitar Basin Tidal saat matahari terbit di Washington, DC, (4/6). (AFP Photo/Saul Loeb)

Liputan6.com, Sydney - Saat ini belahan Bumi selatan sedang mengalami musim gugur. Namun, suhu panas masih terus menerpa sebagian besar New South Wales, Australia.

Seminggu terakhir misalnya, tercipta rekor baru hari terpanas pada Bulan April di Kota Sydney. Biro Meteorologi mencatat daerah Dubbo dengan suhu di atas 30 derajat terlama.

Seperti dikutip dari Australia Plus, Minggu (15/4/2018), Sydney juga mengalami cuaca panas terlama untuk April. Sejauh ini sembilan hari berturut-turut mencapai 25 derajat Celsius atau lebih.

Suhu di daerah Observatory Hill pada hari Senin adalah 35,4 derajat Celsius, dibanding tahun lalu 34,2 derajat Celsius. Menurut pakar meteorologi, perbedaan satu derajat sudah cukup signifikan.

Pada Kamis 12 April 2018, suhu diperkirakan 33 derajat Celsius di pusat kota dan 34 derajat Celsius di wilayah barat Australia.

Suhu yang panas pada April membuat aktivitas pantai lebih bergairah. Namun ada efek lain juga: pepohonan justru "kebingungan", hewan menjadi lamban dan ancaman kebakaran hutan pun menjadi lebih lama.

Dikira Musim Semi

Pepohonan jenis crepe myrtles, pohon pir Manchuria, bugenvil, magnolia dan frangipanis saat ini seharusnya menggugurkan dedaunan mereka.

Akan tetapi Tim Pickles, seorang petani di Campbelltown, Australia mengatakan melihat pepohonan tersebut justru berbunga kembali akibat hujan di sana.

"Pepohonan itu sangat bingung saat ini. Mereka mengira musim semi kembali," ujarnya.

Dan tanaman musim dingin juga mengalami masalah.

"Saya menanam bibit kubis dan brokoli yang menyukai cuaca dingin," katanya.

"Sayuran musim dingin tidak akan tumbuh dan hanya 'ngambek' sampai suhu mendingin," ujar Tim Pickles.

Dia menambahkan penjualan buah mangga malah mengalami lonjakan, begitu pula pohon-pohon tropis lainnya di wilayah tersebut.

"Kami menjual panen 100 pohon mangga per tahun di Campbelltown, Australia!" pungkasnya.

2 dari 2 halaman

Lebih Lamban

Seorang warga berlari di bawah pohon sakura yang bermekaran di sekitar Basin Tidal saat matahari terbit di Washington, DC, (4/6). (AFP Photo/Saul Loeb)

Menghadapi suhu panas berkepanjangan, beberapa jenis hewan tampaknya lebih tangguh, meskipun menjadi sedikit lebih lamban.

"Untuk anjing laut, mereka tidak kelaparan namun lebih lesu di hari yang lebih hangat," kata Andrew Irvine dari Taronga Conservation Society.

Dia mengatakan hewan ini cukup pandai melewati suhu panas.

"Ketika anjing laut mengangkat siripnya, mereka mendinginkan diri," jelasnya.

"Mereka menggunakan pertukaran panas dimana darah terpanas akan melewati darah terdingin sehingga selalu ada pertukaran suhu, seperti diterapkan dalam mesin kulkas," kata Irvine.

"Jadi adaptasinya luar biasa dalam mengatasi suhu berbeda," tambahnya.

Anjing laut juga membenamkan diri di air untuk mendinginkan tubuhnya saat matahari beranjak.

Irvine mengatakan mudah bagi hewan seperti penguin kecil untuk mengatur suhu tubuh mereka.

"Untuk suhu yang tinggi ini, dengan merendam kaki kita dapat menurunkan rasa panas. Kita cenderung bereaksi lebih dulu terhadap panas dibanding hewan," jelasnya.

Irvine mengatakan penguin tidak akan berkembang biak lagi sampai Agustus atau September.

"Jika cuaca panas berkelanjutan saat musim kawin dan berganti bulu, itu lebih mengkhawatirkan," ujarnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya