Rusia Percepat Pengiriman Sistem Pertahanan Udara S-400 ke Turki

Dalam lawatannya ke Turki, Putin membahas berbagai isu dengan Erdogan. Salah satunya pengiriman S-400, sistem pertahanan udara tercanggih Rusia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Apr 2018, 07:21 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin (Pool photo via AP)

Liputan6.com, Ankara - Turki dan Rusia telah menyetujui untuk mempercepat pengiriman sistem pertahanan udara S-400 Triumf. Kepastian tersebut disampaikan oleh pemimpin kedua negara pada Selasa, 3 April 2018.

Berbicara dalam konferensi pers bersama di Istana Presiden di Ankara, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Vladimir Putin mengatakan, mereka setuju untuk mempercepat pengiriman S-400 Triumf. Namun, keduanya tidak menyebut rincian waktunya.

"Dalam pertemuan dengan Presiden Erdogan, kami memutuskan untuk mempercepat waktu pengiriman S-400," kata Putin seperti dikutip dari situs kantor berita Anadolu, Kamis (5/4/2018).

S-400 Triumf merupakan sistem pertahanan udara tercanggih Rusia yang anti-pesawat, anti-rudal balistik, dan anti-rudal jelajah.

Sementara itu, terkait dengan pasokan S-400 Triumf ke Turki, Putin menegaskan bahwa hal tersebut murni perdagangan. Ia menampik ada unsur politik.

"Isu tentang produksi bersama atau transfer teknologi bukan soal kepercayaan atau kerja sama politik bagi kami. Ini murni persoalan komersial yang disepakati antar entitas ekonomi. Kami tidak memiliki restriksi politik mengenai hal itu," tegas Putin seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS.

 

Saksikan video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Peningkatan Kerja Sama Rusia dan Turki di Berbagai Bidang

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) mempersilahkan masuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat berkunjung ke Sochi, Rusia, Rabu (3/5). Konflik Suriah akan menjadi pembahasan utama dari keduanya. (AFP PHOTO /POOL/ Alexander Zemlianichenko)

Presiden Putin mengatakan, kerja sama antara Turki dan Rusia terkait sektor energi nuklir telah bergeser ke level lain seiring dengan disepakatinya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu. Reaktor nuklir pertama di Turki tersebut dijadwalkan akan beroperasi pada ulang tahun ke-100 Republik Turki.

Selain itu, Putin menerangkan pula bahwa pihaknya juga membangun dua pipa bawah laut dan pipa gas di bawah tanah sebagai bagian dari proyek pipa TurkStream.

Proyek TurkStream adalah jalur pipa langsung dari Rusia ke Turki dengan 15,75 miliar meter kubik kapasitas gas yang disisihkan untuk penggunaan Turki, sementara jalur kedua dengan kapasitas yang sama direncanakan untuk kebutuhan Eropa.

Rusia juga bermaksud untuk meningkatkan kerja sama dengan Turki dalam industri besi, baja, otomotif, serta di bidang keuangan, pertanian, inovasi, sains, dan teknologi.

Putin turut berkomentar atas isu Suriah. Menurutnya, prioritas utama di Suriah adalah memberikan integritas teritorial dan kedaulatan kepada negara (Suriah) dan menghilangkan sarang teror.

"Kami bekerja sama dengan Turki dalam hal ini dan akan melanjutkan kerja sama," tutur Putin seraya menambahkan bahwa peningkatan hubungan Rusia-Turki tidak hanya demi kepentingan kawasan, namun juga perdamaian dan stabilitas negara lain.

Merujuk ke peningkatan volume perdagangan antara Rusia dan Turki, Putin berkata, "Rusia telah menjadi pasar ekspor ketiga bagi Turki setelah Jerman dan Cina. Turki telah menjadi mitra komersial ketujuh kami."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya