Balkon BEI Ambruk Akibat Sambungan Kabel Tak Kuat

Sebanyak 72 orang menjadi korban luka-luka dalam peristiwa ambruknya balkon Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Jan 2018, 14:24 WIB
Petugas kepolisian memasang garis polisi di sekitar lokasi Gedung BEI, Jakarta, Senin (15/1). Demi keamanan dan keselamatan, pihak keamanan menutup area sekitar lokasi gedung BEI yang ambruk. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengumumkan hasil audit ambruknya balkon Tower II Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 15 Januari lalu. Kesimpulan sementara adalah balkon roboh karena kegagalan bangunan pascakonstruksi.

Direktur Bina Penataan Bangunan Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Iwan Supriyanto mengungkapkan, dari audit yang sudah dilakukan, gedung BEI yang terletak di kawasan SCBD, Jakarta, telah berusia 20 tahun.

"Kejadian runtuhnya selasar (balkon) Tower II gedung BEI ini masuk kategori kegagalan bangunan pascakonstruksi," tegas dia saat konferensi pers di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Jumat (26/1/2018).

Iwan menambahkan, Kementerian PUPR dan DPR langsung bergerak mengidentifikasi kerusakan bangunan setelah peristiwa robohnya balkon.

"Amanat UU Bangunan Gedung, kewenangan penyelenggaraan bangunan gedung didelegasikan kepada pemerintah daerah (pemda). Tapi kami sadar sepenuhnya, implementasi di daerah belum seperti yang diharapkan," ucapnya.

 

2 dari 3 halaman

Sambungan Kabel

Sejumlah orang mengevakuasi korban dari robohnya balkon lantai 1 tower II Bursa Efek Indonesia (BEI) roboh, Jakarta, Senin (15/1). Insiden itu menyebabkan kerusakan di bagian gedung kawasan Bisnis Sudirman tersebut. (Liputan6.com/istimewa)

Sementara itu, Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin menjelaskan dugaan penyebab runtuhnya balkon tower II gedung BEI adalah karena kegagalan kinerja joint (sambungan) pada PC-Strand (kabel) sebagai penggantung karena tidak tercapainya gaya tarik minimal pada kabel tersebut.

"Jadi pada saat runtuh, struktur selasar menjadi kantilever secara mendadak yang tidak bisa ditahan sistem karena terlepasnya PC-Strand di bagian atas. Ini masih perlu lagi penyelidikan berikutnya, makanya baru kesimpulan sementara," terang Syarif.

Adapun tindak lanjut dari Kementerian PUPR, kata dia, pertama, akan dilakukan pengujian untuk memastikan perilaku sistem pengunci PC-Strand.

Kedua, direkomendasikan kepada pemilik atau pengelola bangunan gedung BEI untuk dilakukan pemeriksaan keandalan struktur selasar pada Tower I gedung BEI.

Tujuannya memeriksa kelayakan fungsi balkon untuk menjamin keselamatan pengguna bangunan gedung.

 

3 dari 3 halaman

Puluhan Korban

Fransiskus Asisi Wiyono bersama beberapa orang membantu korban runtuhnya lantai balkon Gedung BEI

Untuk diketahui, 72 orang menjadi korban luka-luka dalam peristiwa ambruknya balkon Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 15 Januari 2018. Dari jumlah itu, 23 korban di antaranya mengalami cedera serius dan memerlukan tindakan operasi.

Kepala Divisi BEI Oskar Herliansyah menyampaikan, para korban dioperasi di sejumlah rumah sakit berbeda.

"Dari total 35 korban mahasiswa yang dirawat di MRCC Siloam Hospital Semanggi, 17 orang masih mendapatkan perawatan, 11 orang mendapatkan tindakan operasi, dan 7 orang sudah boleh pulang," tutur Oskar dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

Kemudian, lanjut Oskar, 26 mahasiswa dirawat di Rumah Sakit Jakarta. Rinciannya, 17 korban masih menjalani perawatan dan 9 orang mendapatkan tindakan operasi.

"Satu orang dosen masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Tarakan," jelas dia.

Sementara di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, ada 19 mahasiswa yang dirawat. Dari jumlah itu, 16 korban menjalani perawatan dan 3 orang dioperasi.

"Mereka seluruhnya merupakan mahasiswa dari Universitas Bina Darma Palembang yang melakukan kunjungan ke BEI," Oskar menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya