Kenapa Bau Tertentu Bikin Kamu Bernostalgia?

Bau tertentu, seperti wangi parfum ibu atau bau hujan dapat membangkitkan nostalgia, kenangan masa kecil.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 27 Des 2017, 19:30 WIB
Bau tertentu membangkitkan nostalgia, kenapa? (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bau tanah saat hujan bisa membuat Anda bernostalgia soal hari-hari masa kecil. Bau parfum favorit milik ibu juga akan membuatmu terkenang dengan ibu. Ternyata yang membuat kamu bernostalgia dengan bau tersebut tak hanya didukung perasaan emosional semata.

Otak memainkan peran penting, antara bau dan nuansa nostalgia. Temuan ini berdasarkan penelitian terbaru. Dilansir dari Doctor NDTV, Rabu (27/12/2017), ada satu bagian otak yang bertanggung jawab untuk menyimpan ingatan jangka panjang tersebut dari bau yang tercium.

Adalah korteks piriformis, bagian dari otak yang berperan menyimpan kenangan (nostalgia). Namun, mekanisme ini hanya bekerja dari hasil interaksi dengan area otak lainnya.

Plastisitas sinaptik atau proses stimulasi buatan berfungsi menyimpan kenangan pada otak. Memori dibuat saat saraf-saraf pada otak berkomunikasi satu sama lain melalui proses yang disebut plastisitas sinaptik tersebut.

Ahli saraf di Ruhr-University Bochum, Dr Christina Strauch dan Prof Dr Denise Manahan-Vaughan, melakukan penelitian soal bau dan nostalgia pada bagian otak.

"Korteks piriform mampu menyimpan ingatan penciuman sementara. Kami ingin tahu, jika itu juga berlaku untuk ingatan jangka panjang," jelas Christina Strauch.

 

 

Simak video menarik berikut:

2 dari 2 halaman

Memori jangka panjang

Bau yang tercium disimpan sebagai pengingat jangka panjang pada otak. (iStockphoto)

Peneliti melakukan penelitian terhadap tikus untuk memeriksa, apakah korteks piriform dapat memunculkan proses plastisitas sinaptik.

Proses tersebut dirangsang pada daerah otak yang lebih tinggi, dikenal sebagai korteks orbitofrontal.

"Studi kami menunjukkan, korteks piriformis memang dapat berfungsi sebagai arsip kenangan jangka panjang. Tetapi dibutuhkan rangsangan dari korteks orbitofrontal, yang mengindikasikan sebuah peristiwa harus disimpan sebagai memori jangka panjang," jelas Strauch.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Cerebral Cortex.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya