Bangun Rumah Sakit Gangguan Jiwa, DKI Alokasikan Rp 228 Miliar

Proses lelang pembangunan rumah sakit gangguan jiwa baru dimulai. Sandi berharap proses pembangunannya bisa selesai tahun depan.

oleh Rezki Apriliya Iskandar diperbarui 10 Des 2017, 20:20 WIB
Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno. (Liputan6.com/Fachrur Rozie)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun rumah sakit untuk pasien gangguan jiwa. Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit ditunjuk untuk memberikan layanan itu.

Pemprov DKI mengalokasikan Rp 228 miliar dari APBD untuk memuluskan rencana tadi.

"Untuk rumah sakit kita ingin Rumah Sakit (RSKD) Duren Sawit menjadi rumah sakit khusus gangguan jiwa dan sekarang baru mulai dianggarkan, " ucap Sandiaga di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu (10/12 /2017)

Proses lelang pembangunan rumah sakit baru dimulai. Sandi berharap proses pembangunannya bisa selesai tahun depan. Bila rencana itu meleset, Ia mematok target setidaknya pada 2019.

DPRD DKI sudah menyetujui anggaran pembangunan rumah sakit khusus gangguan jiwa.

Dia meminta juga kepada masyarakat Jakarta untuk ikut mengawasi agar anggarannya bisa terserap dengan baik dan tidak disalahgunakan.

"Jadi itu kemarin sudah di-approve. Mohon masyarakat memastikan bahwa anggarannya tereksekusi dan diberikan masukan di lapangan, " ucap Sandiaga. 

2 dari 2 halaman

Panggilan Darurat Kekerasan Anak dan Perempuan

Sementara itu, beberapa hari lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan panggilan darurat terintegrasi bebas biaya 112 untuk layanan pelaporan kekerasan perempuan dan anak.

"Saya mengapresiasi kerja bapak ibu sekalian yang berhasil mengintegrasikan panggilan 112. Ini sejalan dengan pembangunan global Indonesia," ucap Anies di Balai Kota, Jakarta (7 Desember 2017).

Ini bukan kali pertama Pemprov DKI Jakarta memiliki layanan pengaduan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Namun, nomor yang tersedia sebelumnya terdiri dari banyak angka sehingga tidak mudah diingat saat ada keadaan darurat.

"Selama ini layanan terhadap korban kekerasan perempuan dan anak, atau bila ada peristiwa melaporkan itu sudah ada nomornya tapi bukan nomor yang singkat dan mudah untuk dipahami," ujar Anies Baswedan.

Dengan pengintegrasian nomor darurat ini, Anies berharap angka kekerasan terhadap perempuan dan anak berkurang. Apalagi DKI Jakarta termasuk 1 dari 10 kota di dunia yang belum aman bagi perempuan.

Selain itu, Anies juga mengingatkan warga Jakarta agar responsif akan segala bentuk dan tindakan kekerasan perempuan dan anak.

"Kalau lihat kekerasan di lingkungan, di manapun Anda berada, laporkan," pesan Anies Baswedan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya