Ekspor Melemah Bikin Konsumsi Masyarakat Turun?

Belakangan ini kita disuguhi dengan berbagai macam isi media yang mengangkat isu daya beli dan pelemahan pada ritel.

oleh Teddy Oetomo diperbarui 07 Des 2017, 20:45 WIB
Suasana bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Oktober mencapai US$ 15,09 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan ini kita disuguhi dengan berbagai macam isi media yang mengangkat isu daya beli dan pelemahan pada ritel.

Tentunya sekali lagi perlu saya utarakan bahwa, pelemahan daya beli yang kita lihat saat ini, sangat mungkin tidak dikarenakan hanya satu faktor, tetapi lebih mungkin dikarenakan berbagai faktor pada saat yang bersamaan.

Contohnya, pelemahan rupiah menggerus daya beli terutama terhadap barang-barang impor, pengurangan subsidi pemerintah tentunya berdampak pada daya beli kalangan menengah dan menengah bawah.

Selain itu, e-commerce yang mungkin menggerus beberapa pangsa pasar ritel dan rendahnya harga komoditas yang menggerus daya beli terutama dari daerah-daerah penghasil produksi.

Di sini saya tidak mencoba untuk mengatakan bahwa Indonesia adalah negara berbasis komoditas, karena itu tentunya tidak benar. Tidak seperti negara berbasis komoditas lain seperti Rusia, Brazil dan sebagainya, Indonesia masih mampu mencetak pertumbuhan ekonomi kisaran 5 persen, bahkan saat harga komoditas anjlok tajam belakangan ini.

Tetapi, data menunjukkan bahwa kemampuan Indonesia untuk mencetak pertumbuhan ekonomi jauh di atas 5,5 persen, seperti di tahun 2006 hingga 2012, kecuali di tahun 2009 dikarenakan krisis global, perlu ditunjang dengan ekspor yang mapan, dan sebagian besar ekspor Indonesia adalah komoditas.

Kontribusi dari ekspor terhadap pertumbuhan sendiri bukan hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung di mana pertumbuhan ekspor yang mapan mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat yang kemudian juga menjadi faktor penunjang pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Gambar di bawah menunjukkan bagaimana hampir setiap kali pertumbuhan ekspor di atas 5 persen, maka akan diikuti dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat yang cukup mapan juga.

Foto dok. Liputan6.com

Namun, sejak 2012, terlihat bagaimana pertumbuhan ekspor Indonesia hampir selalu di bawah 5 persen. Bersamaan dengan itu, dapat kita lihat bagaimana sejak saat itu pula, pertumbuhan konsumsi masyarakat kian menurun.

Maka, pertanyaan yang seharusnya ada di benak kita adalah, bila harga komoditas dapat cenderung stabil dan membaik seperti yang telah kita lihat beberapa bulan terakhir, mungkinkah sebentar lagi kita akan mulai melihat perbaikan dari pertumbuhan konsumsi masyarakat?

Teddy Oetomo, PhD

Head of Intermediary Business

PT Schroder Investment Management Indonesia

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya