Gethuk Bokong, Si Penggoyang Lidah Asal Batang

Meski namanya gethuk bokong, proses pembuatannya sepenuhnya memanfaatkan kekuatan tangan.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 07 Des 2017, 15:32 WIB
Meski namanya gethuk bokong, proses pembuatannya sepenuhnya memanfaatkan kekuatan tangan. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Batang - Meski namanya Gethuk Bokong, kuliner khas warga lereng Gunung Prau, Desa Wonosari, Kecamatan Batang, nyatanya bisa menggoyang lidah yang mengonsumsinya. Salah satu yang setia membuatnya adalah pasangan suami istri Sunaryo (51) dan Ponirah (41).

Mereka sudah puluhan tahun membuat makanan khas tradisional. Pasutri itu mengikuti jejak nenek moyangnya yang mewariskan resepnya sehingga secara turun-temurun membuat gethuk bokong.

Makanan berbahan dasar singkong tersebut cukup memakan waktu dan energi dalam proses pembuatannya. Pasalnya, singkong harus dikupas kulitnya dan dicuci bersih lalu diparut sebelum diperas agar kadar airnya benar-benar berkurang.

Singkong yang sudah halus dan kering lalu direbus selama 15 menit. Adonan gethuk kemudian ditambahi gula aren dan garam untuk gethuk goreng, atau bisa hanya ditaburi garam jika ingin gurih.

Selanjutnya, adonan gethuk masih harus ditumbuk agar tidak menggumpal dan untuk meratakan rasanya. Setelah rata, gethuk bokong dicetak menggunakan baskom.

Menurut Sunaryo, gethuk itu sebenarnya dinamakan gethuk gaplek. Namun, banyak orang di luar desa menamakan gethuk bokong karena bentuknya menyerupai bokong atau pantat.

"Banyak masyarakat yang menamakan gethuk bokong, karena mungkin bentuknya yang menyerupai bokong," kata dia, Kamis (7/12/2017).

Gethuk dengan diameter 25 cm yang memiliki ketebalan 3 cm biasa dijual di pasar-pasar kecamatan, sampai ke Pasar Dieng Kabupaten Banjarnegara dengan harga Rp 5 - Rp 12 ribu saja.

"Kita biasa jual ke pasar Bawang dan pasar Dieng Kabupaten Banjarnegara dan alhamdulillah laris manis habis terjual," ucap Sunaryo.

 

 

 

2 dari 2 halaman

Hari Pasaran

Meski namanya gethuk bokong, proses pembuatannya sepenuhnya memanfaatkan kekuatan tangan. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Ia juga berharap kepada pemerintah untuk mendapatkan bantuan berupa mesin dan modal usaha, karena merasa kesulitan dalam membesarkan usahanya ketika harus berproduksi dengan jumlah banyak.

"Kami inginkan bantuan mesin dan modal usaha agar bisa membikin gethuk banyak dan kami juga butuh tungku banyak untuk memasak," jelasnya.

Sementara itu, Camat Bawang Yarsono mengatakan, kuliner makanan gethuk gaplek menjadi makanan khas Bawang yang dijual hanya di hari-hari pasaran.

"Hari pasaran pahing dan wage," kata Yarsono.

Dengan keunikan yang dimiliki, Kepala Bagian Humas Batang Triossy Juniarto berniat mengemas gethuk bokong menjadi lebih layak jual. Hal itu sekaligus untuk mendukung rencana kunjungan wisata 2022 dengan tagline Heaven of Asia.

"Gethuk akan terasa lezat sekali bila disajikan dengan kopi atau teh. Mau waktu pagi, siang, maupun malam, rasanya enake pol," kata Triossy.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya